Poipet di Kamboja Menggunakan 3 Mata Uang, Pantas Saja Ramai dan Lengkap

Silakan Share

Poipet, sebuah kota kecil yang terletak di perbatasan antara Kamboja dan Thailand, dikenal sebagai zona khusus yang menjadi pusat aktivitas perdagangan dan perjudian terbesar di Kamboja.

Poipet di Kamboja Menggunakan 3 Mata Uang, Pantas Saja Ramai dan Lengkap

Kota ini tidak hanya menjadi persimpangan penting antara dua negara, tetapi juga menawarkan fenomena unik dengan penggunaan tiga mata uang sekaligus dalam aktivitas sehari-harinya. Keunikan dan dinamika hidup di Poipet menjadikannya kota yang ramai dan lengkap, meskipun sisi gelap kriminalitas dan kemiskinan juga ikut mewarnai suasana kota ini.

Di bawah ini Berita Indonesia Kamboja akan membahas keunikan Poipet, kota kecil di Kamboja yang menggunakan tiga mata uang sekaligus sehingga menjadi pusat kehidupan yang sangat ramai dan lengkap.

Posisi Strategis Poipet Sebagai Zona Perbatasan

Poipet adalah pintu gerbang utama antara Thailand dengan bagian barat-laut Kamboja, tepatnya berdekatan dengan kota Aranyaprathet di Thailand. Dalam beberapa dekade terakhir, Poipet berkembang pesat, terutama karena perannya sebagai titik persimpangan utama yang memfasilitasi perdagangan lintas negara serta destinasi judi yang sangat populer bagi warga Thailand dan negara tetangga.

Dengan populasi yang meningkat drastis, dari sekitar 43.366 jiwa pada 1998 menjadi 89.549 pada 2008, Poipet menjadi pemukiman keempat terpadat di Kamboja, bahkan mengalahkan ibu kota provinsi Sisophon. Kota ini juga menjadi ujung jalur kereta api Kamboja yang aktif kembali sejak 2018, yang menghubungkannya dengan Thailand dan bagian dalam negeri Kamboja.

Kota Perjudian Terbesar di Kamboja

Poipet sangat dikenal karena menjadi pusat aktivitas kasino terbesar di Kamboja. Di sepanjang area perbatasan, terdapat sekitar 75 kasino yang sebagian besar berlokasi di distrik judi seperti Poipet, Bavet, dan O Smach, yang semuanya berada dekat dengan negara tetangga dengan undang-undang ketat terhadap perjudian seperti Thailand dan Vietnam.

Karena perjudian ilegal di negara-negara tetangga tersebut, banyak warga dari wilayah ini mencari keberuntungan dengan menyeberang ke Kamboja, di mana kegiatan judi legal bagi pemegang paspor asing, meskipun masih ilegal bagi warga Kamboja.

Suasana di kasino Poipet menampilkan gambaran yang jauh dari kemewahan Las Vegas atau Makau. Kasino-kasino di sini berwujud aula-aula kumuh dengan asap rokok tebal dan penjudi yang tampak murung, tanpa kegembiraan yang biasanya muncul di kasino besar di negara lain. Hal ini mencerminkan kondisi ekonomi dan sosial yang kompleks di kota yang dikenal dengan tingkat kriminalitas tinggi ini.

Penggunaan 3 Mata Uang yang Mempermudah Transaksi

Menariknya, Poipet menggunakan tiga jenis mata uang dalam bertransaksi, yaitu Baht Thailand, US Dollar, dan Cambodian Riel. Hal ini merupakan cerminan dari posisi strategisnya yang berada di perbatasan dengan Thailand dan juga sebagai pusat bisnis perjudian yang sering melibatkan warga asing, terutama dari Thailand dan Cina.

Dalam kehidupan sehari-hari, transaksi bisa berjalan dengan berbagai kombinasi mata uang tersebut. Biasanya, turis atau penduduk akan membayar dengan US Dollar dan mendapatkan kembali kembalian dalam bentuk Cambodian Riel. Baht Thailand juga umum digunakan terutama oleh warga yang melintas dari Thailand untuk berjudi atau berdagang di Poipet.

Baca Juga:

Warung Indonesia di Poipet

Poipet di Kamboja

Fenomena lain yang menarik di Poipet adalah keberadaan banyak warung makan khas Indonesia yang menjamur di kawasan ini. Khususnya yang menyajikan hidangan seperti pecel lele, ayam geprek, dan tahu gejrot. Fenomena ini menjadi viral di media sosial dengan banyak netizen yang penasaran mengapa kuliner Indonesia begitu populer di kota perbatasan tersebut.

Keberadaan warung-warung ini tidak lepas dari besarnya komunitas pekerja migran Indonesia yang bekerja di sektor perjudian online dan industri terkait di Poipet dan sekitarnya. Diperkirakan ribuan WNI tinggal dan bekerja di Kamboja, dengan sebagian besar bermukim di wilayah seperti Poipet dan Sihanoukville.

Warung-warung ini bukan sekadar tempat makan, tetapi juga menjadi pusat budaya bagi komunitas migran. Kehadirannya menjadi pelipur rindu bagi para pekerja yang merindukan suasana kampung halaman.

Dinamika Sosial dan Ekonomi Poipet

Poipet menyimpan gambaran sosial yang sangat kontras antara kemajuan ekonomi akibat sektor perjudian dan kemiskinan yang melanda warga lokalnya. Meskipun judi menyumbang devisa besar bagi Kamboja, Poipet masih dikelilingi oleh kemiskinan dan jalanan yang berdebu. Kriminalitas pun tinggi, termasuk kasus penculikan dan kejahatan terorganisir.

Suasana jalanan di luar kasino dipenuhi anak-anak pengemis dan pemulung yang mengais remah-remah kehidupan. Hotel-hotel yang ada sebagian besar adalah bagian dari kompleks kasino dan tidak banyak pilihan penginapan yang nyaman bagi wisatawan umum. Kondisi ini menggambarkan bagaimana aktivitas perjudian tidak memberi efek kesejahteraan merata bagi masyarakat di sekitarnya.

Tantangan Keamanan dan Perlindungan Pekerja Migran

Kota ini menjadi sorotan karena isu kriminalitas dan perlindungan hak pekerja migran yang kerap menjadi korban eksploitasi. Pemerintah Indonesia berupaya menjaga keamanan dan memberikan perlindungan bagi WNI yang bekerja di sektor perjudian dan industri terkait di Kamboja.

Meskipun banyak pekerja mendapatkan penghasilan yang lebih baik dibanding di dalam negeri, tantangan kondisi kerja yang berat dan risiko menjadi korban kejahatan membuat perhatian terhadap kota ini terus meningkat. Selain itu, pentingnya literasi hukum dan perlindungan sosial juga menjadi fokus pemerintah dan organisasi terkait.

Kesimpulan

Poipet adalah kota kecil yang sangat hidup di perbatasan Kamboja dan Thailand. Kota ini unik karena menggunakan tiga mata uang: Riel, Dolar AS, dan Baht. Karakteristik lintas batas membuat kota ini sangat dinamis. Industri kasino di Poipet berkembang pesat dan menarik banyak pengunjung dari Thailand dan negara tetangga.

Selain wisatawan, banyak migran dari Indonesia dan negara lain menetap dan bekerja di sini. Kehidupan komunitas migran turut membentuk wajah sosial Poipet. Namun, kota ini juga menghadapi tantangan serius. Masalah kemiskinan, kriminalitas, dan perlindungan pekerja migran menjadi isu penting.

Warung Indonesia yang menjamur menjadi simbol kuat kehadiran diaspora. Aktivitas perjudian yang legal bagi warga asing menambah kompleksitas kota ini. Poipet adalah miniatur kehidupan perbatasan penuh peluang, risiko, dan cerita yang layak dikaji.

Simak dan ikuti terus Indonesia Kamboja agar Anda tidak ketinggalan informasi menarik lainnya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.soclyfe.com
  2. Gambar Kedua dari radarsurabaya.jawapos.com