Kesaksian Mengharukan Perempuan Indonesia Korban Kekerasan di Pusat Judi Online Kamboja

Silakan Share

Kasus kekerasan yang menimpa perempuan Indonesia yang bekerja di pusat judi Kamboja kembali membuka luka mendalam bagi banyak orang.

Kesaksian-Mengharukan-Perempuan-Indonesia-Korban-Kekerasan-di-Pusat-Judi-Online-Kamboja

Berbagai kesaksian mengungkap betapa rentannya mereka menghadapi eksploitasi berlapis, termasuk pelecehan dan kekerasan seksual yang terjadi secara sistematis di lokasi-lokasi kerja ilegal tersebut.

Dibawah ini Berita Indonesia Kamboja akan memberikan ulasan mengenai penderitaan, modus operandi, dan upaya perlindungan terhadap korban di Kamboja.

Latar Belakang Pekerjaan di Pusat Judi Online Kamboja

Sebagian besar perempuan Indonesia yang masuk ke pusat judi dan penipuan online di Kamboja direkrut dengan janji pekerjaan bergaji tinggi sebagai admin, customer service, atau pekerja di bidang keuangan. Namun, modus ini kerap berujung pada eksploitasi di tempat kerja yang ilegal dan tidak manusiawi.

Salah seorang korban dengan inisial Ita menceritakan bahwa dirinya dibujuk oleh kenalan lama dengan tawaran gaji sekitar Rp4 juta dan kemudian dikirim ke sebuah pusat judi di Kamboja yang ternyata tempat kerja dengan kondisi menyiksa dan penuh pelecehan.

Kesaksian Mengerikan Korban Kekerasan Seksual

Ita mengungkapkan pengalaman pahit saat diperlakukan seperti tahanan selama satu bulan penuh. Ia dianiaya secara fisik dan dilecehkan secara seksual oleh para pelaku yang menganggapnya gagal memenuhi target kerja.

“Mereka benar-benar satu bulan penuh menyiksa saya, dari pelecehan sampai pukulan. Saya dikurung, badan diikat lalu diperkosa, kadang dilakukan berdua bahkan bertiga,” kenang Ita.

Selain kebrutalan fisik, para pelaku juga membuat rekaman saat melakukan kekerasan dan mengancam akan menyebarkannya jika Ita memberontak. Kisah serupa juga dialami banyak perempuan lain yang menjadi korban.

Eksploitasi Berlapis dan Kondisi Kerja yang Mencekam

Menurut Anis Hidayah, Komisioner Komnas HAM dan pendiri Migrant Care. Perempuan Indonesia di pusat judi dan penipuan online menghadapi eksploitasi berlapis, fisik, ekonomi, dan seksual.

Kondisi patriarki dan posisi korban yang rentan dimanfaatkan pelaku yang sering kali juga sesama orang Indonesia yang sudah berada di posisi “atasan”.

Sistematika pekerjaannya menimbulkan hubungan kuasa yang dipakai untuk menakut-nakuti dan mengontrol korban agar tetap patuh meski hak-haknya dilanggar.

Baca Juga:

Tantangan Pelaporan dan Penanganan Kasus

Tantangan-Pelaporan-dan-Penanganan-Kasus

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha. Ia menyatakan penegakan hukum kasus kekerasan seksual dan perdagangan orang di luar negeri sangat perlu bergantung pada keberanian korban melapor.

Sayangnya, banyak korban enggan melapor karena pelaku adalah orang terdekat atau bagian dari jaringan yang sama, serta ketakutan terhadap ancaman dan stigma.

Pemerintah berupaya melakukan koordinasi dengan pihak berwenang di negara tujuan seperti Kamboja untuk proses hukum, pendampingan, dan perlindungan korban tetap berjalan.

Upaya Pemerintah dan Lembaga Perlindungan Korban

Kementerian Luar Negeri bersama Komnas HAM, Migrant Care, serta lembaga lain terus mengadvokasi peningkatan perlindungan bagi perempuan migran yang rentan. Edukasi pra-keberangkatan, pengawasan ketat atas agen perekrutan, serta sosialisasi tentang modus penipuan menjadi fokus.

Selain itu, pendampingan korban yang berhasil dipulangkan juga menjadi prioritas untuk pemulihan fisik dan psikologis. Masyarakat juga diajak untuk meningkatkan kesadaran akan risiko dan bahaya perdagangan orang dan kekerasan seksual.

Harapan dan Pesan Dari Korban

Ita yang kini telah selamat dan kembali ke Indonesia berpesan agar tidak ada lagi perempuan yang mengalami penderitaan serupa. “Saya buka suara karena saya tidak mau ada orang lain seperti saya yang jadi korban. Di sana itu sudah seperti neraka, orang-orangnya iblis,” tegasnya dengan penuh haru.

Pesan ini menjadi panggilan untuk bersama-sama melawan praktik eksploitasi dan memperkuat perlindungan perempuan migran demi masa depan yang lebih aman dan manusiawi.

Kesimpulan

Kesaksian perempuan Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual di pusat judi online Kamboja mengungkap wajah gelap perdagangan orang dan eksploitasi pekerja migran perempuan. Modus penipuan janji pekerjaan bergaji tinggi berbalik menjadi penindasan sistematis dengan pelecehan dan kekerasan fisik dan seksual.

Penanganan kasus ini menghadapi tantangan besar terutama dari sisi pelaporan dan keberanian korban. Pemerintah dan lembaga HAM berupaya meningkatkan perlindungan, pendampingan, dan pencegahan agar kaum perempuan migran tidak menjadi korban lagi.

Kisah korban seperti Ita menjadi pengingat penting akan perlunya kolaborasi semua pihak dalam memberantas tindak pidana perdagangan orang dan kekerasan seksual terhadap perempuan Indonesia di luar negeri.

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari, kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari bbc.com
  2. Gambar Kedua dari antaranews.com