Thailand dan Kamboja Sepakat Damai, Tapi Apakah Perdamaian Ini Abadi?
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja baru-baru ini menarik perhatian dunia setelah kedua negara itu sepakat pada gencatan senjata tanpa syarat.

Namun, banyak pihak mempertanyakan apakah perdamaian ini akan langgeng, mengingat sejarah panjang konflik perbatasan dan dinamika politik di kedua negara. Berita Indonesia Kamboja disini akan membahas berbagai faktor yang mempengaruhi ketahanan gencatan senjata, serta memetakan tantangan dan prospek perdamaian antara Thailand dan Kamboja.
Sejarah Awal Perseteruan Thailand-Kamboja
Konflik perbatasan Thailand-Kamboja berakar dari masa kolonial, terutama setelah penetapan batas wilayah berdasarkan perjanjian Prancis-Siam tahun 1904 dan 1907. Perselisihan mencuat pada wilayah di sekitar kuil-kuil kuno seperti Preah Vihear, Ta Moan Thom, dan Ta Krabey.
Ketegangan terakhir meletus pada 24 Juli 2025, setelah insiden militer di sekitar Ta Moan Thom. Selama lima hari berikutnya, kedua negara saling serang dengan artileri dan serangan udara hingga menewaskan sedikitnya 38 orang dan membuat hampir 300.000 orang mengungsi dari kedua sisi perbatasan.
Proses Gencatan Senjata
Gencatan senjata diumumkan pada 28 Juli 2025 setelah mediasi yang intensif di Malaysia, yang saat ini menjadi Ketua ASEAN. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China turut memberi tekanan diplomatik.
Presiden AS Donald Trump bahkan mengancam tidak akan menyelesaikan perjanjian dagang jika konflik terus berlangsung mengingat kedua negara menghadapi ancaman tarif ekspor ke AS sebesar 36% yang mulai berlaku Agustus. Unsur ekonomi ini menjadi insentif besar agar kedua negara menahan diri.
Baca Juga: Kegembiraan Warga Atas Gencatan Senjata Antara Thailand dan Kamboja
Tantangan Dalam Implementasi Gencatan Senjata

Meskipun gencatan senjata diberlakukan secara resmi, pelaksanaan di lapangan mengalami tantangan berarti. Hanya beberapa jam setelah diberlakukan, muncul tuduhan pelanggaran dari pihak Thailand terhadap tentara Kamboja, walaupun Kamboja membantah.
Beberapa insiden kecil dan baku tembak tetap terjadi, meski dengan intensitas yang jauh menurun. Para analis menilai, kemungkinan pelanggaran berskala kecil memang ada, namun secara umum gencatan senjata tetap dipatuhi di tingkat strategis.
Selain itu, agenda pemulangan pengungsi besar-besaran dan upaya mengamankan daerah perbatasan menjadi prioritas mendesak. Pemerintah Thailand dan Kamboja sepakat untuk menggelar pertemuan General Border Committee (GBC) pada 4 Agustus 2025 di Kamboja guna membahas tata kelola perbatasan dan patroli bersama.
Variabel Politik, Sentimen Nasionalisme, dan Stabilitas Domestik
Konflik ini juga sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan nasionalisme kedua negara. Di Thailand, isu ini dimanfaatkan oleh kelompok elit militer dan kerajaan untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan menekan oposisi. Di Kamboja, pemerintahan Hun Manet juga menggunakan narasi nasionalisme untuk memperkuat dukungan di tengah tekanan ekonomi.
Selain itu, meningkatnya sentimen nasionalisme serta lemahnya upaya demarkasi perbatasan membuat benih konflik rawan muncul kembali, terlebih jika kebutuhan politik domestik mendesak salah satu pihak mencari dukungan publik melalui isu perbatasan.
Prospek Perdamaian Jangka Panjang
Prospek ketahanan gencatan senjata sangat bergantung pada beberapa faktor kunci:
- Komitmen politik untuk melanjutkan dialog dan membentuk mekanisme pemantauan bersama.
- Tekanan ekonomi, terutama risiko sanksi dan tarif AS, yang bisa menjadi pendorong komitmen damai.
- Peran negara-negara tetangga dan organisasi regional, seperti ASEAN, dalam memediasi dan memantau implementasi kesepakatan.
- Penanganan isu sejarah dan nasionalisme secara bijaksana, serta komitmen terhadap solusi jangka panjang seperti demarkasi perbatasan secara teknis dan legal.
Pada kenyataannya, kemungkinan terjadinya bentrokan kecil tetap ada, namun peluang terjadinya perang besar akan berkurang jika insentif ekonomi dan diplomasi tetap dijaga.
Kesimpulan
Gencatan senjata Thailand-Kamboja merupakan langkah awal yang penting menuju perdamaian, namun masih jauh dari jaminan perdamaian abadi. Selama kedua negara mampu menjaga komunikasi terbuka, memprioritaskan solusi diplomatik, dan menahan diri dari eksploitasi isu nasionalisme, peluang keberlangsungan gencatan senjata akan lebih besar.
Tantangan terbesar terletak pada implementasi di lapangan dan stabilitas politik domestik kedua negara. Peran masyarakat internasional, terutama ASEAN dan kekuatan besar, sangat krusial untuk mendampingi proses damai ini agar tidak menjadi sekadar jeda sementara, melainkan fondasi bagi perdamaian jangka panjang di kawasan.
Simak dan ikuti terus Berita Indonesia Kamboja agar Anda tidak ketinggalan informasi berita menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar dari news.detik.com