Hun Sen Serang Balik Paetongtarn, Politik Thailand Terbakar Hebat!
Konflik politik Thailand kembali memanas setelah kebocoran pembicaraan telepon antara Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra dan Presiden Senat Kamboja Hun Sen.
Ribuan warga Thailand turun ke jalan menuntut pengunduran diri Paetongtarn, sementara Hun Sen mengancam akan membuka rahasia lama terkait keluarga Shinawatra. Ketegangan ini tak hanya memperburuk hubungan Thailand-Kamboja, tetapi juga mengguncang stabilitas politik dalam negeri Thailand.
Artikel Berita Indonesia Kamboja ini mengupas drama yang melibatkan dua negara bertetangga tersebut dan masa depan kepemimpinan Paetongtarn.
Kebocoran Percakapan yang Membakar Konflik
Gejolak bermula ketika Hun Sen membocorkan percakapan telepon dengan Paetongtarn pada 15 Juni 2025. Percakapan tersebut terkait sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja, setelah bentrokan bersenjata menewaskan seorang tentara Kamboja. Hun Sen menyebarkan rekaman kepada 80 pejabat dan mengunggahnya ke Facebook, membuat percakapan itu viral di Thailand.
Dalam rekaman itu, Paetongtarn berbicara lembut, memanggil Hun Sen dengan sebutan “paman”, dan terdengar menegur keras petinggi militer Thailand. Bagi banyak warga Thailand, percakapan itu dianggap merendahkan harga diri negara.
Aksi Unjuk Rasa dan Tuntutan Mundur
Protes besar meledak pada Sabtu 28 Juni 2025, di Monumen Demokrasi, Bangkok. Diperkirakan 4.000 orang hadir di tengah hari, mayoritas mengenakan kaus kuning kelompok yang dulu menjatuhkan ayah Paetongtarn, Thaksin Shinawatra, dari kursi perdana menteri pada 2006.
“Paetongtarn tak bisa dipercaya, dia menggadaikan kedaulatan negara,” teriak Seri Sawangmua (70), seorang demonstran.
Ketua Jaringan Mahasiswa dan Rakyat untuk Reformasi Thailand, Pichit Chaimongkol, menyebut Paetongtarn sebagai “mata rantai terlemah” pemerintahan, menudingnya tak punya kemampuan memimpin dan menyebut kejatuhan Thailand bermula sejak Thaksin kembali dari pengasingan pada 2023.
Menurut Pichit, baik Paetongtarn maupun perdana menteri sebelumnya, Srettha Thavisin, hanyalah boneka politik Thaksin. “Thailand bisa maju tanpa Paetongtarn,” katanya lantang.
Perombakan Kabinet dan Strategi Politik
Di tengah gelombang protes, Paetongtarn bergerak cepat merombak kabinet. Kementerian Pertahanan jadi salah satu pos strategis yang diganti. Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Pertahanan Phumtham Wechayachai dipindahkan menjadi Menteri Dalam Negeri. Posisi Menteri Pertahanan kabarnya akan diisi wakil menhan saat ini.
Paetongtarn juga merangkap jabatan sebagai Menteri Kebudayaan, langkah yang diduga para pengamat politik sebagai strategi bertahan. Jika Mahkamah Konstitusional memutuskan Paetongtarn harus mundur sebagai perdana menteri, jabatan menteri kebudayaan menjadi pintu bagi Paetongtarn untuk tetap bercokol di lingkaran kekuasaan.
Baca Juga:
Hun Sen Balas Menyerang
Sementara itu, Hun Sen menambah panas konflik dengan menyebut dirinya diperalat oleh Paetongtarn. Kepada Phnom Penh Post, Hun Sen mengatakan bahwa ia merasa persahabatannya selama 30 tahun dengan Thaksin dirusak putrinya sendiri.
“Mana saya tahu dia menggunakan saya untuk merendahkan militer Thailand. Persahabatan saya dengan Thaksin kini ternoda,” ujarnya. Lebih jauh, Hun Sen menyinggung masa lalu, mengingatkan publik Thailand bahwa Thaksin pernah bersembunyi di Kamboja saat dikudeta 2006. Begitu juga dengan Yingluck Shinawatra, adik Thaksin, yang dilengserkan pada 2014.
Hun Sen bahkan mengancam akan membongkar rahasia besar. Ia mengklaim memiliki dokumen yang membuktikan Thaksin mengkhianati monarki Thailand pada 27 Juni 2006, tetapi ia menunggu perkembangan situasi politik di Thailand sebelum membeberkan sepenuhnya.
Perselisihan Membelah Hubungan Dua Negara
Tak hanya memicu gejolak dalam negeri Thailand, drama ini menimbulkan ketegangan diplomatik antara Bangkok dan Phnom Penh. Perdana Menteri Kamboja saat ini, Hun Manet, ikut bersuara lewat cuitannya di X, menyatakan konflik internal Thailand menghambat upaya penyelesaian sengketa perbatasan kedua negara.
“Saya menanti pemimpin sejati Thailand untuk duduk bersama dan mencari solusi damai,” tulis Hun Manet.
Sementara itu, Paetongtarn membela diri dengan menyebut percakapan “penuh hormat dan informal” itu bagian dari strategi negosiasi, meski pengunjuk rasa menilai tindakan itu sebagai pengkhianatan.
Menuju Krisis Politik Baru?
Konflik ini menambah daftar panjang ketidakstabilan politik Thailand sejak kudeta 2006. Kepemimpinan Paetongtarn kini digoyang bukan hanya oleh oposisi, tetapi juga oleh sebagian rakyat Thailand sendiri.
Perombakan kabinet diyakini banyak pihak tak akan cukup menenangkan gelombang ketidakpuasan. Sorotan tajam tertuju pada Mahkamah Konstitusional Thailand, yang bisa saja menjadi arena penentuan nasib Paetongtarn berikutnya.
Kesimpulan
Drama politik Thailand-Kamboja membuktikan rapuhnya stabilitas kekuasaan di Bangkok. Kebocoran percakapan telepon Paetongtarn-Hun Sen bukan hanya memperburuk citra kepemimpinan Paetongtarn, tetapi juga memicu konflik lintas negara.
Dengan tekanan unjuk rasa yang terus membesar, serta ancaman Hun Sen membuka rahasia lama, jalan politik Paetongtarn kini kian terjal dan penuh ketidakpastian. Simak dan ikuti terus Berita Indonesia Kamboja agar Anda tidak ketinggalan informasi berita menarik lainnya yang terupdate setiap hari.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.kompas.id
- Gambar Kedua dari www.antaranews.com
Leave a Reply