Ekonomi Kamboja Diprediksi Melambat Tajam Imbas Konflik Dengan Thailand

Silakan Share

Ekonomi Kamboja yang selama beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan kuat kini menghadapi tekanan berat karena eskalasi konflik perbatasan dengan Thailand.

Ekonomi Kamboja Diprediksi Melambat Tajam Imbas Konflik Dengan Thailand

Menurut laporan terbaru Bank Dunia, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Kamboja diperkirakan hanya mencapai sekitar 4,8 persen pada tahun 2025, turun signifikan dari sekitar 6 persen pada tahun sebelumnya.

Perlambatan ini terjadi di tengah guncangan internal dan eksternal, termasuk ketegangan perbatasan yang berkepanjangan, kenaikan tarif di pasar internasional. Serta pelemahan sektor properti domestik.

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Kerugian Perdagangan dan Rantai Pasok

Perdagangan antara Kamboja dan Thailand merupakan bagian penting dari perekonomian kedua negara, terutama pada sektor perdagangan barang konsumsi dan bahan baku industri.

Penutupan wilayah perbatasan seperti Klong Luek–Poipet telah menghentikan aktivitas dagang yang nilainya mencapai miliaran dolar setiap tahun. G

angguan ini tidak hanya merusak hubungan dagang, tetapi juga menciptakan tekanan pada pasokan bahan baku penting bagi pabrik-pabrik di Kamboja, yang selama ini bergantung pada pasokan dari Thailand.

Ketidakteraturan dalam pasokan ini berpotensi menaikkan biaya produksi dan memicu inflasi domestik.

Produk-produk seperti bahan bangunan, energi, dan komponen industri menjadi lebih mahal karena perlu diimpor melalui rute yang lebih panjang dan tidak efisien.

Pada level makro, gangguan tersebut juga berarti turunnya volume ekspor-impor yang berdampak langsung pada statistik pertumbuhan ekonomi nasional.

Tekanan Pada Sektor Pariwisata dan Tenaga Kerja

Sektor pariwisata, salah satu kontributor utama pendapatan nasional Kamboja, juga merasakan dampak signifikan dari konflik ini.

Destinasi wisata terkenal seperti Angkor Wat, yang menarik jutaan wisatawan dari seluruh dunia, mengalami penurunan jumlah kunjungan karena persepsi risiko keselamatan meningkat.

Penurunan kunjungan wisatawan, terutama dari negara tetangga dan pasar regional. Menyebabkan berkurangnya devisa serta pendapatan bagi usaha kecil dan menengah yang terkait dengan sektor hospitality.

Selain itu, gelombang kembalinya pekerja migran dari Thailand yang mencapai ratusan ribu orang menimbulkan tantangan tambahan bagi pasar tenaga kerja domestik.

Kembalinya tenaga kerja ini berpotensi memperbesar jumlah penduduk yang mencari pekerjaan di dalam negeri saat kesempatan kerja di sektor formal masih terbatas.

Sehingga menambah tekanan pada tingkat pengangguran dan kinerja konsumsi rumah tangga.

Baca Juga: Konflik dengan Kamboja, Thailand Umumkan Korban Warga Sipil Pertama

Prospek Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian

Prospek Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Ketidakpastian

Walaupun prediksi pertumbuhan Kamboja melambat tajam di 2025, beberapa analis percaya bahwa pertumbuhan ekonomi masih tetap positif, meskipun pada laju yang lebih rendah.

Dukungan dari permintaan domestik, reformasi struktural, dan diversifikasi hubungan dagang bisa menjadi faktor penyangga terhadap guncangan eksternal.

Namun, perkembangan konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda dan terjadinya eskalasi lagi bisa semakin memperburuk prospek ekonomi Kamboja.

Penyelesaian konflik serta kemajuan dalam meredakan ketegangan dengan Thailand akan menjadi kunci utama guna mengurangi dampak ekonomi yang lebih luas.

Hingga saat itu, perekonomian Kamboja diprediksi akan terus menghadapi tekanan yang nyata, yang menuntut kebijakan yang adaptif dan responsif dari pemerintah serta kerja sama regional yang lebih erat.

Tantangan Pada Investasi dan Keyakinan Investor

Ketidakpastian politik dan keamanan dalam negeri juga berdampak pada iklim investasi di Kamboja. Investor asing umumnya membutuhkan prediktabilitas stabil untuk menanamkan modalnya.

Namun ketegangan internasional dan gangguan operasional membuat sebagian pelaku pasar mengkaji ulang strategi mereka di kawasan ini.

Kamboja, yang selama ini menarik investasi di sektor manufaktur dan jasa. Kini menghadapi perlambatan aliran modal masuk serta kehati-hatian dari investor baru.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa berarti perlambatan akumulasi modal dan teknologi. Yang berdampak pada produktivitas dan pertumbuhan jangka panjang negara.

Pemerintah Kamboja harus mencari cara untuk menenangkan pasar dan memberikan kepastian hukum agar investasi dapat kembali mengalir secara signifikan di masa depan.

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana Akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari detik.com
  • Gambar Kedua dari kabarkarimun.co.id