Konflik Thailand-Kamboja Memanas Kembali, 385 Ribu Warga Dievakuasi!
Setelah gencatan senjata tahun 2025, ketegangan di perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memuncak.

Perselisihan lama mengenai klaim wilayah atas kuil‑kuil kuno dan lahan di sekitar perbatasan yang belum jelas terus menjadi sumber konflik.
Bentrokan terbaru terjadi ketika militer Thailand melancarkan serangan udara dan artileri ke sejumlah posisi di Kamboja, dengan dalih merespon ancaman dari senjata berat yang disebut telah dipersiapkan oleh Kamboja.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Ketegangan Lama yang Kembali Memuncak
Konflik antara Thailand dan Kamboja bukan hal baru. Kedua negara telah lama berseteru mengenai batas perbatasan, terutama di area sekitar kuil kuno yang disengketakan.
Meski sempat tercapai gencatan senjata baru-baru ini, situasi berubah drastis ketika tuduhan pelanggaran muncul dan apa yang semula dianggap mereda justru memunculkan kembali kekerasan militer.
Ketegangan yang sudah berakar dalam sejarah membuat situasi mudah sekali meledak ketika ada insiden yang dipandang sebagai provokasi.
Realitas itulah yang kini terjadi bombardir dari Thailand ke wilayah Kamboja memicu krisis kemanusiaan dan memaksa banyak warga sipil melarikan diri.
Serangan Udara dan Artileri
Pada awal Desember 2025, militer Thailand melancarkan serangan udara dan artileri terhadap target di Kamboja, mengklaim serangan sebagai respons atas tindakan provokasi oleh pasukan lawan.
Serangan ini dilaporkan mengenai beberapa posisi militer dan area perbatasan yang disengketakan. Pemerintah Kamboja, sebaliknya, menuding Thailand memulai agresi, dan menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan serta hukum internasional. Dalam laporan awal disebutkan ada korban sipil akibat serangan tersebut.
Akibat serangan, banyak infrastruktur rusak, dan ketakutan meluas di antara warga perbatasan baik di wilayah Thailand maupun Kamboja.
Suara ledakan dan tembakan membuat warga memilih meninggalkan rumah, membawa diri menuju lokasi aman atau tempat pengungsian sebagai satu‑satunya pilihan untuk menyelamatkan nyawa.
Baca Juga: PM Thailand Bersumpah Tak Akan Gencatan Senjata Sampai Kamboja Berhenti Menyerang
Ratusan Ribu Warga Terpaksa Mengungsi

Dampak dari peningkatan konflik ini sangat besar militer Thailand melaporkan bahwa lebih dari 385.000 warga dari empat distrik perbatasan telah diperintahkan untuk mengungsi demi keselamatan.
Sebagian dari mereka sudah ditempatkan di pusat-pusat penampungan darurat, sementara sisanya memilih mengungsi ke rumah sanak saudara di daerah lebih aman.
Sementara itu, di sisi Kamboja, juga terjadi gelombang pengungsian. Ratusan hingga ribuan keluarga di provinsi perbatasan seperti Oddar Meanchey dilaporkan mengungsi karena takut terus menjadi sasaran serangan.
Banyak sekolah ditutup, aktivitas normal warga lumpuh, dan ketidakpastian menjadi bagian dari kehidupan sementara.
Evakuasi besar‑besaran ini menggambarkan betapa seriusnya krisis bukan sekadar konflik militer, tetapi bencana kemanusiaan yang menimpa masyarakat sipil tak berdosa.
Korban dan Krisis Kemanusiaan
Pertukaran tembakan dan serangan udara telah menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak. Laporan awal menyebut bahwa beberapa warga sipil tewas, dan tentara dari kedua negara juga mengalami korban.
Konflik kali ini masuk kategori yang paling parah dalam belasan tahun terakhir, menyisakan luka fisik dan trauma psikologis bagi penduduk wilayah perbatasan.
Kemiskinan, kehilangan rumah, harta benda, hingga pendidikan anak‑anak yang terganggu semua menjadi bagian dari beban berat yang harus ditanggung para pengungsi.
Banyak keluarga yang terpaksa tinggal di tempat penampungan seadanya, dengan akses terbatas terhadap air bersih, makanan, dan layanan kesehatan.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran terkait krisis kemanusiaan yang lebih panjang: bukan hanya saat ini, tetapi dampak sosial‑ekonomi jangka panjang.
Upaya Diplomasi Perdamaian
Meskipun situasi sangat tegang, ada upaya diplomasi dari berbagai pihak untuk meredakan konflik. Negara-negara tetangga dan organisasi regional menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan mengembalikan dialog.
Namun pernyataan resmi dari kedua pemerintahan menunjukkan bahwa mereka merasa dirugikan satu sisi menuding provokasi, sisi lain menyatakan hak kedaulatan dilanggar.
Pada saat penulisan ini, belum ada solusi permanen. Perdamaian hanya bisa terwujud jika masing‑masing pihak bersedia duduk bersama. Menghormati batas wilayah yang disepakati, dan melindungi warga sipil dari efek konflik.
Sementara itu, fokus utama saat ini adalah memberikan perlindungan bagi mereka yang sudah kehilangan rumah dan bagi warga yang terus berada di zona konflik sambil mencari jalur damai untuk masa depan.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana Akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari cnnindonesia.com
- Gambar Kedua dari cambodgemag.com