PM Kamboja Geram, Pasukan Thailand Usir Warga di Garis Perbatasan
PM, Hun Manet, baru-baru ini menyatakan kemarahan atas tindakan pasukan Thailand yang diduga mengusir warga negaranya yang bermukim di wilayah perbatasan.
Insiden ini kembali memicu ketegangan di antara kedua negara menyusul bentrokan yang terjadi pada Rabu, 17 September.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Latar Belakang Sengketa Perbatasan
Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung lama. Dipicu oleh peta kolonial tahun 1907 dan keputusan kontroversial Mahkamah Internasional pada tahun 1962 mengenai kuil Preah Vihear.
Meskipun kedua negara telah berusaha menyelesaikan sengketa ini melalui dialog. Ketegangan sering kali muncul akibat klaim sepihak dan tindakan militer di wilayah yang disengketakan.
Pada Juni 2025, Kamboja mengajukan permohonan kepada Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan sengketa perbatasan dengan Thailand.
Namun, Thailand menolak yurisdiksi pengadilan tersebut dan lebih memilih penyelesaian melalui pembicaraan bilateral.
Tanggapan Keras Dari Perdana Menteri Kamboja
Hun Manet menyampaikan protes resmi kepada PBB. Menuntut agar pasukan Thailand segera menarik diri dan membiarkan warga kembali ke rumah mereka.
Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut tidak hanya merugikan rakyat Kamboja tetapi juga merusak upaya perdamaian yang telah dibangun dengan susah payah.
PM Kamboja menekankan pentingnya penyelesaian sengketa ini melalui dialog dan saluran diplomatik, bukan dengan kekerasan.
Ia juga mengingatkan bahwa kedua negara telah sepakat untuk menghormati perbatasan yang telah ditetapkan dan menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi.
Baca Juga: Perdana Menteri Thailand: Masalah Perbatasan Tanggung Jawab Militer!
Bentrokan di Garis Perbatasan
Sebelumnya, pada 17 September 2025, bentrokan terjadi antara pasukan keamanan Thailand dan warga Kamboja di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Pasukan Thailand menggunakan peluru karet, gas air mata, dan perangkat akustik jarak jauh untuk membubarkan kerumunan warga yang memprotes pembangunan pagar kawat berduri.
Pihak Kamboja melaporkan bahwa sedikitnya 28 orang, termasuk biksu. Terluka dalam peristiwa tersebut. Sementara Thailand mengklaim lima tentaranya terluka.
Ketegangan ini mengingatkan pada bentrokan sebelumnya yang terjadi pada bulan Juli, yang menewaskan sedikitnya 43 orang di kedua belah pihak.
Ketegangan Meningkat di Perbatasan Thailand-Kamboja
Perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah pasukan Thailand dilaporkan mengusir lebih dari 20 keluarga warga Kamboja dari rumah mereka di wilayah sengketa.
Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, mengecam keras tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia serta kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.
Menurut laporan, pasukan Thailand memasang kawat berduri dan mencegah warga kembali ke rumah mereka di desa Prey Chan, Provinsi Banteay Meanchey, yang dikenal di Thailand sebagai Ban Nong Ya Kaeo.
Kamboja menuduh Thailand menggunakan kekuatan berlebihan dan melanggar gencatan senjata yang telah disepakati pada bulan Juli lalu.
Sementara itu, Thailand berpendapat bahwa warga Kamboja tersebut telah “secara ilegal menduduki” wilayah mereka.
Kesimpulan
Tindakan pasukan Thailand yang mengusir warga Kamboja dari rumah mereka dapat memperburuk hubungan bilateral antara kedua negara dan meningkatkan ketegangan di kawasan.
Selain itu, peristiwa ini dapat mempengaruhi stabilitas politik domestik di kedua negara. Dengan meningkatkan sentimen nasionalisme dan memperburuk citra pemerintah di mata publik.
Organisasi internasional dan negara-negara mitra di kawasan diharapkan dapat berperan aktif dalam mendorong kedua negara untuk kembali ke meja perundingan dan mencari solusi damai atas sengketa ini.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari www.cnnindonesia.com
- Gambar Kedua dari www.metrotvnews.com