Thailand Tembak Gas Air Mata ke Arah Pedemo Kamboja di Perbatasan
Thailand melakukan tindakan pengendalian massa dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet terhadap demonstran asal Kamboja di sebuah wilayah perbatasan yang disengketakan antara kedua negara.
Demonstrasi itu terjadi di sekitar desa Prey Chan di provinsi Banteay Meanchey di Kamboja, yang di pihak Thailand dikenal sebagai Ban Nong Ya Kaew di provinsi Sa Kaeo.
Pemerintah Kamboja menyebut demonstran, termasuk warga sipil dan para biksu. Melakukan protes damai terhadap penghalangan wilayah oleh pagar kawat dan upaya Thailand memasang pembatas keamanan di garis perbatasan.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Latar Belakang Konflik
Konflik antara Thailand dan Kamboja memiliki akar sejarah yang dalam. Terutama terkait sengketa wilayah di sekitar kuil-kuil kuno.
Salah satu sengketa paling terkenal adalah kepemilikan Candi Preah Vihear, yang pada tahun 1962 oleh Mahkamah Internasional (ICJ) diberikan kepada Kamboja.
Meskipun keputusan tersebut telah dikeluarkan, Thailand tetap mengklaim wilayah tersebut dan sejumlah candi lainnya yang berdekatan.
Sengketa perbatasan ini terus berlanjut dan memicu berbagai kekerasan, termasuk baku tembak pada 28 Mei 2025 yang menewaskan seorang prajurit Kamboja. Hingga insiden-insiden yang terjadi saat ini.
Kontak senjata terbaru sebelum insiden gas air mata ini terjadi pada Kamis (24/7/2025) pagi di dekat Candi Prasat Ta Muen Thom, di perbatasan Provinsi Surin, Thailand. Dengan Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja.
Insiden tersebut menyusul penurunan status hubungan kedua negara dengan penarikan perwakilan diplomatik. Yaitu Duta Besar Tull Traisorat dari Kamboja oleh Thailand dan pengusiran Duta Besar Kamboja untuk Thailand, Hun Saroeun, pada Rabu (23/7/2025).
Konflik ini juga menyebabkan dua warga Thailand tewas dan tiga orang terluka akibat tembakan artileri dari wilayah Kamboja. Dengan kedua negara saling menuduh pihak lawan yang memulai tembakan.
Thailand bahkan menyiagakan enam jet tempur F-16 di perbatasan dan melancarkan serangan udara terhadap dua target militer di Kamboja sebagai balasan.
Ketegangan di Perbatasan Thailand-Kamboja
Pemicunya adalah protes atas apa yang diklaim pihak Kamboja sebagai pelanggaran terhadap perjanjian penghentian tembak-menembak (ceasefire) yang tercapai pada bulan Juli sebelumnya.
Kamboja beserta warga lokal menuding bahwa Thailand memasang barbed wire dan penghalang-penghalang lain yang dianggap melampaui batas wilayah secara sepihak.
Sementara pihak Thailand menyebut bahwa mereka hanya mencoba menegakkan keamanan di wilayah yang mereka klaim sebagai miliknya.
Penegasan dari kedua belah pihak bahwa peta kolonial era dan hasil putusan Mahkamah Internasional tahun 1962 masih menjadi dasar perbedaan klaim atas wilayah tersebut semakin memperumit situasi.
Baca Juga:18 Tentara Kamboja Ditahan di Thailand, Negara Ajukan Banding ke PBB
Korban dan Dampak Kemanusiaan
Dalam insiden penembakan gas air mata dan peluru karet pada 17 September 2025. Setidaknya 23 warga Kamboja dilaporkan terluka.
Korban luka ini termasuk seorang tentara dan seorang biksu Buddha. Laporan dari Kamboja menyebutkan bahwa bentrokan terjadi di wilayah Provinsi Banteay Meanchey, yang diklaim sebagai wilayah Kamboja.
Dampak ketegangan ini tidak hanya terbatas pada hubungan diplomatik. Tetapi juga memengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat di daerah perbatasan.
Banyak warga yang terpaksa mengungsi, dan akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan menjadi terhambat.
Organisasi kemanusiaan diharapkan dapat memberikan bantuan berupa makanan. Tempat berlindung, dan layanan kesehatan bagi mereka yang terdampak.
Respons Thailand Terhadap Demonstran
Menurut pernyataan resmi dari militer Thailand. Sejumlah warga Kamboja datang dalam jumlah besar ke perbatasan membawa tongkat, batu, dan sesekali menggunakan katapel (slingshot).
Pihak Thailand menilai bahwa demonstran tersebut telah memasuki wilayahnya dan berusaha merusak properti resmi serta mengganggu pengamanan saat pihak Thailand hendak membentangkan pagar kawat berduri sebagai bagian dari langkah stabilisasi perbatasan.
Sebagai respons, pasukan keamanan menggunakan gas air mata, peluru getah (rubber bullets), dan perangkat akustik jarak jauh (long-range acoustic devices / LRADs) dalam rangka membubarkan kerumunan dan meredam aksi yang dianggap provokatif.
Masa Depan Hubungan Thailand-Kamboja
Masa depan hubungan Thailand dan Kamboja masih diselimuti ketidakpastian. Insiden penembakan gas air mata dan peluru karet, bersama dengan konflik-konflik sebelumnya. Mengindikasikan bahwa sengketa perbatasan dan perbedaan pandangan masih menjadi tantangan besar.
Dengan adanya populasi etnis Khmer di Thailand dan etnis Lao di Kamboja. Ketegangan ini juga berpotensi memengaruhi stabilitas sosial di kedua negara.
Diperlukan upaya diplomatik yang serius dan berkelanjutan dari kedua belah pihak. Serta mungkin mediasi internasional. Untuk mencapai solusi damai dan memastikan keamanan serta kesejahteraan warga di wilayah perbatasan.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari www.cnnindonesia.com