Panas di Perbatasan! Kamboja Tebar Ranjau, Thailand Langsung Protes Keras!

Silakan Share

Thailand dan Kamboja kembali memanas setelah tebar ranjau darat di perbatasan, memicu protes keras dari Thailand yang menuduh Kamboja.

Panas di Perbatasan! Kamboja Tebar Ranjau, Thailand Langsung Protes Keras!

Kamboja membantah tuduhan tersebut, bersikeras bahwa mereka beroperasi di wilayah kedaulatannya dan ranjau yang ditemukan adalah peninggalan perang sebelumnya. Insiden ini terjadi beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri bentrokan bersenjata mematikan pada Juli 2025. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Ketegangan yang Memanas di Perbatasan Thailand-Kamboja

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali mencuat setelah militer Thailand melaporkan beberapa kasus tentara yang terluka akibat ranjau darat. ​Thailand menuduh Kamboja secara sengaja menanam ranjau di perbatasan yang telah melukai tentara mereka. ​

Insiden ini terjadi hanya beberapa hari setelah kedua negara mencapai kesepakatan gencatan senjata yang mengakhiri bentrokan bersenjata mematikan selama lima hari pada Juli 2025. ​Gencatan senjata tersebut, yang berlaku sejak 29 Juli, dimediasi oleh Malaysia, Tiongkok, dan Amerika Serikat. ​Namun, ketegangan tampaknya enggan mereda, dengan kedua belah pihak saling menuduh melanggar kesepakatan damai tersebut.

Tuduhan Thailand: Ranjau Baru dan Pelanggaran Gencatan Senjata

​Thailand menuding Kamboja telah memasang ranjau darat baru di wilayah perbatasan, meskipun telah ada perjanjian gencatan senjata yang rapuh. ​Pada 12 Agustus 2025, seorang prajurit Thailand kehilangan kakinya akibat ledakan ranjau saat berpatroli di dekat Kuil Prasat Ta Muen Thom, Provinsi Surin, sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

​Kejadian ini menambah daftar panjang insiden serupa pada 10 Agustus 2025, tiga prajurit Thailand lainnya juga terluka di Provinsi Sisaket akibat ranjau yang meledak saat mereka berpatroli. Kementerian Luar Negeri Thailand menyatakan akan mengajukan protes resmi kepada Kamboja. Menuduh Phnom Penh melanggar perjanjian internasional yang melarang ranjau darat dan melanggar kedaulatan Thailand.

​Otoritas Thailand bahkan membawa media asing, termasuk DW, untuk memperlihatkan bukti ranjau jenis PMN-2 yang baru dipasang di wilayah perbatasan mereka. ​Kapten Pakapron Sawangpiean dari militer Thailand menegaskan bahwa ranjau darat. Sangat kejam karena dapat menyebabkan penderitaan seumur hidup meskipun tidak membunuh.

​Menurut Juru Bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand, Winthai Suvaree. Insiden berulang ini menunjukkan niat buruk Kamboja dan bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata.

Baca Juga: Pemuda Gorontalo Disekap di Kamboja, Pemkab Langsung Ambil Tindakan

Bantahan Kamboja: Ranjau Peninggalan Perang dan Kedaulatan Wilayah

Bantahan Kamboja: Ranjau Peninggalan Perang dan Kedaulatan Wilayah

​Di sisi lain, Kamboja dengan tegas membantah tuduhan penanaman ranjau baru. ​Mereka bersikukuh bahwa ranjau yang ditemukan merupakan peninggalan dari konflik puluhan tahun lalu. Bukan hasil penanaman baru ​Ou Virak, Direktur Future Forum. Sebuah lembaga think-tank yang berbasis di Phnom Penh.

Mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat Kamboja mendukung posisi pemerintah mereka dalam isu ini dan tidak meragukan klaim pemerintah. ​Kamboja juga berargumen bahwa ranjau-ranjau tersebut berada di dalam wilayah teritorial mereka. Sehingga tentara Thailand tidak akan terluka jika tidak melanggar batas. ​

Hal ini mencerminkan adanya sudut pandang soal kedaulatan dan kompleksitas demarkasi perbatasan yang, secara objektif, memang masih disengketakan. ​Bagi Kamboja, sebagai negara yang lebih kecil dan secara militer lebih lemah. Ladang ranjau dapat berfungsi sebagai penangkal taktis terhadap pergerakan pasukan Thailand.

Akar Konflik dan Upaya Mediasi

​Perselisihan perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama lebih dari satu abad. Berakar dari ketidakjelasan garis demarkasi yang berasal dari Perjanjian Prancis-Siam tahun 1904 meskipun Mahkamah Internasional (ICJ). Pada tahun 1962 dan 2013 memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear dan wilayah sekitarnya berada di bawah kedaulatan Kamboja.

Kehadiran militer Thailand di beberapa titik perbatasan tetap memicu gesekan berkepanjangan. ​Sentimen nasionalis di kedua negara turut memperburuk ketegangan upaya untuk meredakan ketegangan telah dilakukan. Termasuk kesepakatan gencatan senjata yang difasilitasi oleh Perdana Menteri Malaysia, mediator dari Tiongkok, dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

​Namun, insiden ranjau terbaru ini mengancam akan meruntuhkan kesepakatan tersebut. ​Kedua negara adalah penandatangan Konvensi Ottawa yang melarang penggunaan ranjau antipersonel. Tetapi masalah komunikasi dan saling menyalahkan masih menjadi hambatan besar bagi upaya perdamaian.

Dampak dan Kekhawatiran Internasional

​Pertempuran pada Juli lalu memaksa ratusan ribu warga di kawasan perbatasan mengungsi. Dengan lebih dari 300.000 warga sipil harus meninggalkan rumah mereka kekhawatiran warga di perbatasan Thailand masih tinggi. Dan banyak yang bertahan di pusat evakuasi darurat karena ancaman ranjau darat.

​Bahkan jika konflik berakhir, dibutuhkan waktu satu hingga dua bulan untuk membersihkan ranjau. Yang berarti warga tidak bisa mencari nafkah dari hasil hutan komunitas internasional. Termasuk Australia, Tiongkok, Prancis, India, Indonesia, Jepang, Laos, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Rusia, Singapura, Korea Selatan, Inggris, Amerika Serikat, Vietnam, dan Uni Eropa.

Telah menyatakan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik dan mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri, menghentikan permusuhan. Dan menyelesaikan sengketa secara damai melalui dialog dan sesuai hukum internasional Menteri Luar Negeri Thailand, Maris Sangiampongsa. Bahkan melobi komunitas internasional di Jenewa untuk menekan Kamboja terkait isu ranjau darat.

Kesimpulan

Insiden ranjau darat di perbatasan kembali memicu ketegangan antara Thailand dan Kamboja, mengancam gencatan senjata yang rapuh. Tuduhan Thailand bahwa Kamboja menanam ranjau baru, yang dibantah keras oleh Kamboja, memperlihatkan kompleksitas sengketa wilayah yang telah berlangsung lama.

Dengan korban jiwa dan pengungsian massal yang telah terjadi, serta kekhawatiran masyarakat internasional. Penyelesaian damai melalui diplomasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk mencegah eskalasi militer yang lebih besar.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Kamboja Tebar Ranjau di Perbatasan hanya di BERITA INDONESIA KAMBOJA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari news.detik.com
  2. Gambar Kedua dari www.bloombergtechnoz.com