Tak Disangka! Pekerja Migran Berpotensi Jadi Jembatan Damai Kamboja dan Thailand

Silakan Share

Pekerja migran yang menjadi kelompok rentan, ternyata memiliki potensi tak terduga untuk jadi jembatan damai antara Kamboja dan Thailand.

Tak Disangka! Pekerja Migran Berpotensi Jadi Jembatan Damai Kamboja dan Thailand

Simbiosis mutualisme ekonomi, di mana Thailand membutuhkan tenaga kerja dan Kamboja memiliki pasokan pekerja, dapat menjadi fondasi untuk meredakan ketegangan. Konflik perbatasan telah memicu kerentanan pekerja migran, menyebabkan ribuan orang pulang kampung.

Namun, di tengah krisis ini, terdapat peluang untuk mengubah energi konflik menjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Latar Belakang Konflik dan Kerentanan Pekerja Migran

Konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand telah berlangsung selama puluhan tahun, dengan eskalasi signifikan yang kembali terjadi pada akhir Mei 2025 dan puncaknya pada 24 Juli 2025 melalui kontak bersenjata. Ketegangan ini memicu dampak serius, terutama bagi pekerja migran Kamboja yang berada di Thailand.

Kekhawatiran akan meluasnya kekerasan terhadap warga Kamboja di Thailand menyebabkan ribuan pekerja migran memilih untuk kembali ke kampung halaman, meskipun tidak ada jaminan pekerjaan di sana.

Salah satu contohnya adalah Yen Luot, seorang pekerja konstruksi selama 15 tahun, dan keluarganya yang pulang setelah melihat video serangan terhadap warga Kamboja di media sosial. Putrinya, Chharn Sarou, juga meninggalkan pekerjaannya di pabrik Thailand karena kekhawatiran serupa.

Dampak ekonomi dari konflik ini sangat terasa, meliputi sektor pariwisata, perdagangan, serta kehidupan keluarga pengungsi dan remitansi. Sebagai contoh, penjualan tiket Angkor Wat kepada wisatawan Thailand anjlok drastis sebesar 92,3% dibandingkan tahun sebelumnya pasca-bentrokan perbatasan.

Selain itu, ketegangan perbatasan juga menyebabkan peningkatan kekerasan terhadap pekerja migran Kamboja di Thailand, yang dikecam keras oleh kelompok hak buruh sebagai tindakan tidak manusiawi. Sekitar 50.000 pekerja telah kembali ke Kamboja sejak 19 Juli 2025, dengan 10.000 di antaranya mendaftar untuk mencari pekerjaan di dalam negeri.

Simbiosis Mutualisme Ekonomi Sebagai Fondasi Damai

Meskipun diwarnai konflik, Kamboja dan Thailand sebenarnya memiliki hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. Thailand mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, membuka banyak peluang kerja yang menarik pekerja dari negara-negara tetangga seperti Kamboja, Myanmar, dan Laos.

Para pekerja ini seringkali datang melalui jalur darat, mudah beradaptasi karena kemiripan bahasa dan adat istiadat. Pengamat BRIN, Pandu Prayoga, menyoroti adanya simbiosis mutualisme ini Thailand membutuhkan tenaga kerja, sementara warga Kamboja membutuhkan pekerjaan.

Pada Mei 2025, tercatat 1,2 juta pekerja migran Kamboja bekerja di Thailand. Menyumbang remitansi lebih dari US$1 miliar pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan ketergantungan signifikan Thailand pada tenaga kerja Kamboja, dan pentingnya remitansi bagi perekonomian Kamboja. Jika hubungan memburuk dan pekerja migran kembali pulang, hal ini akan berdampak buruk bagi kedua negara.

Baca Juga: Konflik Perbatasan Thailand–Kamboja Kini Bergeser ke Medan Perang Propaganda

Mengubah Energi Konflik Menjadi Kerja Sama

Mengubah Energi Konflik Menjadi Kerja Sama

Dalam kondisi gencatan senjata dan proses penyelesaian sengketa yang sedang berjalan, isu pekerja migran dapat menjadi titik masuk yang strategis untuk meredakan konflik. Para ahli berpendapat bahwa fokus dapat dialihkan dari perang menjadi kerja sama yang saling menguntungkan.

Ini berarti mengubah persepsi bahwa konflik tidak membawa manfaat, melainkan kerja sama, terutama dalam hal perlindungan pekerja migran, dapat menghasilkan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Inisiatif untuk kerja sama semacam ini bisa datang dari Thailand, Kamboja, atau bahkan melalui mediasi ASEAN. Tujuan utamanya adalah mengubah energi konflik yang merusak menjadi energi kerja sama yang konstruktif dan bermanfaat bagi kedua negara.

Ini adalah langkah jangka pendek yang diperlukan untuk menenangkan situasi dan mencegah meluasnya konflik. Sementara solusi jangka panjang tetap memerlukan dialog langsung untuk menyelesaikan sengketa perbatasan yang menjadi akar masalah.

Peran Indonesia Dalam Mitigasi dan Perlindungan Pekerja Migran

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI), telah aktif memantau situasi dan memastikan tidak ada Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang menjadi korban konflik di perbatasan Kamboja-Thailand. Dirjen Pelindungan KemenP2MI, Rinardi, menjelaskan bahwa kementerian telah mengumpulkan informasi lengkap tentang PMI di daerah konflik dan berkoordinasi intensif dengan Kementerian Luar Negeri RI dan KBRI di Phnom Penh untuk menjamin keselamatan WNI.

Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah dicapai pada 28 Juli 2025 di Kuala Lumpur, KemenP2MI tetap menyiapkan langkah mitigasi dan kontingensi, termasuk opsi evakuasi terbatas jika konflik memburuk. PMI diimbau untuk tetap tenang, membatasi perjalanan ke area rawan konflik, dan mencari informasi dari sumber resmi.

Indonesia tidak memiliki perjanjian kerja sama resmi untuk penempatan pekerja migran dengan Kamboja, Myanmar, dan Thailand. Sehingga sebagian besar PMI yang bekerja di sana berstatus non-prosedural. Oleh karena itu, Menteri P2MI Abdul Kadir Karding mengimbau masyarakat untuk berhati-hati terhadap tawaran kerja ilegal yang berpotensi menjebak mereka. Dalam tindak pidana perdagangan orang (TPPO), termasuk online scamming.

Jalan ke Depan Menjaga Stabilitas dan Kesejahteraan

Untuk memanfaatkan potensi pekerja migran sebagai jembatan damai, Pemerintah Thailand perlu memberikan jaminan keamanan bagi pekerja asing, khususnya dari Kamboja. Dan mengarahkan warganya untuk tidak melakukan tindakan melawan hukum. Di sisi lain, Pemerintah Kamboja dapat membekali pekerja migran dengan keterampilan teknis dan bahasa untuk memenuhi standar kerja yang lebih baik.

Kesimpulan

Meskipun konflik perbatasan antara Kamboja dan Thailand telah menciptakan ketegangan dan penderitaan, terutama bagi pekerja migran. Hubungan ekonomi yang saling bergantung antara kedua negara menawarkan peluang unik untuk perdamaian.

Dengan mengakui simbiosis mutualisme ini dan mengalihkan fokus dari konflik ke kerja sama dalam isu pekerja migran. Kamboja dan Thailand dapat menemukan jalan menuju stabilitas regional dan kesejahteraan bersama.

Peran mediasi dan mitigasi dari negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia juga krusial dalam mendukung upaya perdamaian ini. Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Pekerja Migran Jadi Jembatan Damai Kamboja dan Thailand hanya di BERITA INDONESIA KAMBOJA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.kompas.id
  2. Gambar Kedua dari www.kompas.id