Konflik Memanas! Peluru Artileri Thailand dan Kamboja Dihantamkan ke Wilayah Laos!

Silakan Share

10 Peluru Artileri dari Konflik Thailand dan Kamboja menghantam wilayah Laos selatan, tepatnya di Provinsi Champasak, pada 24-25 Juli 2025​.

Konflik Memanas! Peluru Artileri Thailand dan Kamboja Dihantamkan ke Wilayah Laos!

Insiden ini menunjukkan dampak lintas batas dari ketegangan antara kedua negara, dengan proyektil mendarat di pos militer dan rumah warga sipil, meskipun tidak ada korban luka maupun jiwa yang dilaporkan. Pemerintah Thailand menuduh Kamboja bertanggung jawab atas jatuhnya peluru nyasar ke Laos.

Pihak militer Thailand menyatakan bahwa peluru tersebut bukan berasal dari senjata mereka, melainkan dari tembakan balik musuh yang bertempur dengan pasukan Thailand. Peristiwa ini memperpanjang titik awal ketegangan di perbatasan yang telah menjadi masalah laten bagi hubungan bilateral Thailand-Kamboja.

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Peluru Nyasar Mengguncang Laos

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja telah meluas, dengan sepuluh peluru artileri dari bentrokan bersenjata antara kedua negara dilaporkan mendarat di wilayah Laos selatan, tepatnya di Provinsi Champasak. Insiden ini, yang terjadi antara 24 dan 25 Juli 2025, melibatkan setidaknya 10 proyektil yang jatuh ke wilayah Laos. Termasuk satu yang menghantam rumah warga dan satu lagi merusak pos pertahanan setempat.

Sisanya jatuh di area kosong tanpa menimbulkan kerusakan besar. Meskipun tidak ada korban jiwa atau luka yang dilaporkan oleh otoritas militer Laos. Situasi tersebut sempat menimbulkan kepanikan di kalangan penduduk lokal.

Pernyataan resmi dari militer Laos yang tertuang dalam dokumen bertanggal 25 Juli 2025 dan ditandatangani oleh Singkham Phonedeth. Mengungkapkan bahwa peluru-peluru tersebut menyebabkan kerusakan rumah warga dan fasilitas publik di perbatasan Champasak.

Tuduhan dan Bantahan Siapa yang Bertanggung Jawab?

Pemerintah Thailand dengan tegas menuduh Kamboja sebagai pihak yang bertanggung jawab atas insiden peluru artileri yang “nyasar” ke wilayah Laos di tengah memanasnya konflik perbatasan. Tudingan ini muncul setelah peluru artileri dari baku tembak antara pasukan Thailand dan Kamboja dilaporkan menghantam area sipil dan militer di Provinsi Champasak, Laos, pada Kamis, 24 Juli 2025.

Komando Militer Thailand Wilayah II mengeluarkan pernyataan resmi pada 26 Juli 2025, menyebutkan bahwa peluru yang menghantam Laos bukan berasal dari senjata milik Thailand. Mereka menyimpulkan bahwa peluru tersebut berasal dari tembakan balik musuh yang sedang bertempur dengan pasukan Thailand.

Juru Bicara Angkatan Bersenjata Thailand, Mayor Jenderal Winthai Suvaree, juga mengutuk keras Kamboja atas dugaan penembakan artileri ke Laos dan situs kuno. Menuduh pasukan Kamboja telah berulang kali menggunakan senjata jarak jauh terhadap target sipil dan nonmiliter, termasuk situs sejarah, dalam dua hari terakhir.

Winthai menilai tindakan tersebut sebagai “bermain di luar aturan” dan bukan cerminan dari seorang prajurit kesatria. Seraya menambahkan bahwa “jika bukan disengaja, tidak mungkin peluru bisa menyimpang sejauh itu”. Militer Thailand juga menekankan bahwa mereka sangat berhati-hati dalam penggunaan senjata pendukung agar tidak mengenai sasaran non-militer.

Sebaliknya, juru bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand (RTAF) juga menyatakan bahwa proyektil yang ditemukan di Laos bukan berasal dari pasukan Thailand. Dan menegaskan kepatuhan ketat militer Thailand terhadap peraturan internasional dan kontrol atas penggunaan senjata.

Baca Juga: Garuda Pertiwi Raih Hasil Imbang 1-1 Lawan Kamboja di Piala AFF Putri 2025

Implikasi Regional dan Respon Laos

Implikasi Regional dan Respon Laos
Insiden peluru artileri yang jatuh di Laos memiliki implikasi serius terhadap stabilitas regional. Dalam surat pemberitahuan bertanggal 25 Juli 2025, otoritas Laos menginstruksikan semua instansi di wilayah Lao-Thai untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan terus memantau perkembangan situasi regional.

Dokumen tersebut menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menjaga stabilitas di kawasan perbatasan. Pihak militer Laos telah menyatakan harapannya agar semua pihak yang terlibat dapat menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut.

Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand (RTAF) menuduh militer Kamboja sengaja menembakkan artileri ke Laos dengan tujuan mencoreng citra negara Thailand. RTAF mengecam keras Kamboja dengan menyebut negara itu melanggar aturan perang, termasuk serangan terhadap situs-situs kuno.

Latar Belakang Konflik Perbatasan

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja bukanlah hal baru, dengan ketegangan yang memuncak pada 24 Juli 2025 ketika kedua pasukan terlibat dalam bentrokan bersenjata yang menewaskan dan melukai personel militer serta warga sipil dari kedua pihak. Insiden ini merupakan kelanjutan dari bentrokan pada 28 Mei sebelumnya, yang menewaskan seorang tentara Kamboja di zona netral yang disengketakan.

Ketegangan semakin meningkat ketika kedua negara saling memperkuat pasukan dan menempatkan artileri berat di sepanjang garis demarkasi. Akar konflik ini berasal dari masa kolonial, ketika peta perbatasan disusun oleh pemerintah kolonial Prancis pada 1907. Sayangnya, peta tersebut menyisakan banyak ketidakjelasan karena kondisi geografis yang sulit dijangkau, sehingga tidak semua wilayah dapat didemarkasi secara akurat.

Setelah Kamboja merdeka dari Prancis pada 1953, wilayah-wilayah ini menjadi sumber klaim yang tumpang tindih antara kedua negara. Thailand dan Kamboja memiliki pendekatan berbeda dalam menyelesaikan sengketa ini Thailand memilih negosiasi bilateral. Sementara Kamboja cenderung mengandalkan Mahkamah Internasional (ICJ), yang yurisdiksinya tidak diakui oleh Thailand.

Sengketa yang telah lama berlangsung antara Thailand dan Kamboja atas Kuil Preah Vihear dari abad ke-11. Sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, meningkat drastis pada Kamis. Ketegangan ini diperparah oleh insiden ranjau darat dan pengusiran diplomatik yang dilakukan kedua negara.

Respon Internasional dan Upaya Gencatan Senjata

Merespons meningkatnya eskalasi, Kamboja menyerukan gencatan senjata tanpa syarat dan segera dalam pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perwakilan Tetap Kamboja untuk PBB, Keo Chhea, menyatakan pada Jumat bahwa Kamboja meminta gencatan senjata segera dan tanpa syarat, serta menyerukan penyelesaian damai atas sengketa ini.

Menurut Chhea, para anggota Dewan Keamanan PBB mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin dan mencari solusi melalui jalur diplomatik. Hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Thailand maupun Kamboja terkait jatuhnya peluru-peluru tersebut ke wilayah Laos.

Kesimpulan

Insiden jatuhnya 10 peluru artileri dari konflik Thailand-Kamboja ke wilayah Laos telah menyoroti dampak regional dari sengketa perbatasan yang berkepanjangan. Tuduhan saling tuding antara Thailand dan Kamboja mengenai tanggung jawab atas insiden tersebut menunjukkan kompleksitas dan sensitivitas situasi.

Meskipun tidak ada korban jiwa, kerusakan properti dan kepanikan di kalangan warga Laos menggarisbawahi urgensi penyelesaian konflik ini. Upaya internasional, termasuk seruan gencatan senjata dari Kamboja di PBB, menjadi krusial untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi diplomatik demi stabilitas di kawasan Asia Tenggara.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di BERITA INDONESIA KAMBOJA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.metrotvnews.com
  2. Gambar Kedua dari www.metrotvnews.com