Konflik Kamboja vs Thailand Berlanjut, 16 Tewas & 120 Ribu Mengungsi

Silakan Share

Konflik Kamboja vs Thailand Bentrok bersenjata kembali meletus di sepanjang perbatasan Kamboja–Thailand, memicu kekhawatiran internasional terhadap stabilitas kawasan Asia Tenggara.

Konflik Kamboja vs Thailand Berlanjut, 16 Tewas & 120 Ribu Mengungsi

Pertempuran yang berlangsung selama beberapa hari tersebut telah menyebabkan 16 orang tewas dan lebih dari 120 ribu warga sipil mengungsi, baik dari wilayah Thailand maupun Kamboja.

Suara ledakan mortir dan rentetan senapan otomatis menggema di kawasan hutan yang memisahkan kedua negara, mempertegas bahwa konflik yang lama membara ini belum juga menemukan jalan damai.

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Akar Konflik

Konflik Kamboja–Thailand memiliki sejarah panjang, khususnya terkait sengketa wilayah perbatasan sekitar Kuil Preah Vihear, sebuah situs warisan budaya UNESCO yang terletak di pegunungan Dangrek.

Meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 1962 memutuskan bahwa kuil tersebut berada di wilayah Kamboja. Keputusan tersebut tidak serta-merta mengakhiri ketegangan.

Thailand menghormati keputusan itu, namun menolak klaim Kamboja atas tanah di sekitar kuil. Perbedaan peta antara versi Prancis (penjajah lama Kamboja) dan versi Thailand memperumit situasi.

Sengketa ini telah menyebabkan beberapa konflik bersenjata sejak 2008, dan meski ada gencatan senjata berkala. Konflik perbatasan tak pernah benar-benar berakhir.

Kondisi semakin memburuk ketika militer dari kedua negara secara aktif membangun pos di sepanjang garis perbatasan. Menimbulkan kecurigaan dan ketegangan yang semakin dalam.

16 Orang Tewas, Ribuan Terluka

Pada pertengahan Juli 2025, laporan dari media lokal dan internasional menyebutkan terjadinya bentrokan sengit antara pasukan Kamboja dan Thailand.

Bentrokan dimulai dari insiden patroli lintas batas yang dianggap sebagai provokasi oleh pihak Thailand.

Beberapa tembakan peringatan kemudian berubah menjadi tembakan artileri berat yang berlangsung selama hampir tiga jam.

Pihak Kamboja melaporkan bahwa 8 tentaranya gugur. Sementara Thailand menyebut 6 prajurit dan 2 warga sipil tewas akibat serangan mortir. Selain itu, ratusan orang mengalami luka-luka, baik dari pihak militer maupun warga sipil di desa-desa terdekat.

Menteri Pertahanan Kamboja menyatakan bahwa Thailand melanggar batas wilayah dan memasuki area yang telah diklaim oleh Phnom Penh, sementara militer Thailand menuduh sebaliknya.

Baca Juga:Tragedi di Jatinegara: Pria Bunuh Kakak, Polisi Tangkap di Kuningan

120 Ribu Pengungsi Tinggalkan Rumah

120 Ribu Pengungsi Tinggalkan Rumah

Dampak paling mencolok dari konflik ini adalah gelombang pengungsian yang luar biasa besar. Data dari Palang Merah Internasional (ICRC) dan UNHCR menunjukkan bahwa lebih dari 120 ribu warga dari kedua negara telah meninggalkan rumah mereka dalam waktu singkat.

Mereka sebagian besar berasal dari wilayah O Smach, Banteay Meanchey (Kamboja) dan Provinsi Sisaket (Thailand).

Kondisi kamp pengungsian dilaporkan penuh sesak, kekurangan makanan, air bersih, dan fasilitas sanitasi.

Ribuan anak-anak terpaksa tidur tanpa atap yang layak. Dan banyak keluarga terpisah saat melarikan diri dari bentrokan.

Pemerintah Thailand telah membangun zona aman darurat di sisi utara provinsi Ubon Ratchathani, sementara Kamboja membuka kamp darurat di Kampong Thom dan Oddar Meanchey.

Seorang pengungsi asal Poipet, Sopheap (42), berkata dalam wawancara, Kami tidak tahu siapa yang mulai, kami hanya ingin selamat. Kami meninggalkan rumah hanya dengan baju di badan.”

Jalan Damai Masih Panjang

Pemerintah Thailand dan Kamboja telah menyatakan niat untuk meredakan ketegangan. Namun masing-masing tetap bertahan pada posisi awalnya.

Pihak Thailand menyebut bahwa serangan dimulai oleh pasukan Kamboja, sementara Kamboja mengklaim pasukannya hanya membalas tembakan setelah provokasi dari pihak Thailand.

Upaya diplomasi terus dilakukan, termasuk rencana pertemuan antara Menteri Luar Negeri kedua negara yang dijadwalkan digelar pekan depan di Jakarta.

Namun, skeptisisme masih menyelimuti upaya tersebut, mengingat sejarah panjang ketidakpercayaan antara kedua pihak.

Sejumlah analis regional menilai bahwa selama tidak ada solusi permanen mengenai status wilayah sekitar Preah Vihear, konflik ini akan terus berulang.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan akan meningkat lagi saat ada momentum politik dalam negeri yang memanfaatkannya sebagai isu nasionalisme.

Kesimpulan

Konflik antara Kamboja dan Thailand jelas bukan sekadar bentrokan lokal. Ini adalah bagian dari luka sejarah yang belum sepenuhnya sembuh.

Sengketa perbatasan yang tak kunjung usai berpotensi menjadi titik api baru di Asia Tenggara jika tidak ditangani dengan cepat dan bijak.

Dengan 16 korban jiwa, lebih dari 120 ribu pengungsi, dan tidak adanya tanda gencatan senjata yang kuat, dunia kini menanti langkah besar dari kedua negara.

Apakah akan ada keberanian politik untuk menghentikan pertumpahan darah, atau akankah konflik ini berkembang menjadi krisis kemanusiaan yang lebih parah?

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari PublikSatu
  • Gambar Kedua dari www.cnnindonesia.com