Latihan Golden Dragon China-Kamboja 2025: Tantangan Baru Dominasi As?

Silakan Share

Latihan militer gabungan terbesar antara China-Kamboja kembali digelar pada 2025 dengan skala yang jauh lebih besar dan teknologi canggih.

Latihan Golden Dragon China-Kamboja 2025: Tantangan Baru Dominasi As?

Latihan yang dinamakan Golden Dragon ini menandai babak baru dalam hubungan militer kedua negara sekaligus memicu kekhawatiran Amerika Serikat (AS) atas pengaruh Beijing yang semakin kuat di Asia Tenggara. Dengan keterlibatan ribuan personel dan alat tempur modern, latihan ini menjadi simbol aliansi strategis yang kian erat antara Kamboja dan China, sekaligus mengubah lanskap geopolitik kawasan.

Di bawah ini akan membahas detail latihan Golden Dragon, hubungan militer-ekonomi kedua negara, serta kekhawatiran Amerika Serikat atas perkembangan ini.

Latihan Militer Golden Dragon

Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF) mengumumkan latihan militer bersama dengan China tahun ini melibatkan hampir 900 personel China dan lebih dari 1.300 tentara Kamboja. Latihan Golden Dragon pertama kali diadakan pada 2016 dan rutin diselenggarakan setiap tahun.

Tujuan latihan ini adalah mempererat hubungan militer antara kedua negara. Edisi tahun 2025 menonjol karena penggunaan aset militer China yang sangat modern. Di antaranya kendaraan lapis baja, helikopter, kapal perang, pesawat nirawak pengintai, serta anjing tempur robotik.

Pangkalan Angkatan Laut Ream di Teluk Thailand, yang telah direnovasi dengan bantuan teknologi dan dana dari China, menjadi pusat latihan kali ini. Kapal perang China Changbai Shan membawa peralatan militer khusus ke pangkalan tersebut, menandakan peningkatan signifikan dalam kehadiran militer Beijing di perairan strategis Asia Tenggara.

Juru bicara RCAF, Thong Solimo, menyebut bahwa latihan kali ini jauh lebih besar dan canggih dibanding sebelumnya, mencerminkan kemajuan kerja sama militer yang semakin erat. Latihan ini juga menunjukkan bagaimana China berupaya memperkuat pengaruh regionalnya melalui demonstrasi kekuatan dan teknologi militer mutakhir.

Aliansi Strategis Militer dan Ekonomi

Hubungan China dan Kamboja melibatkan bidang militer dan ekonomi. Beijing menjadi investor terbesar di Kamboja. China mengucurkan miliaran dolar untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan kawasan real estate.

Investasi besar ini membuat Kamboja semakin bergantung secara ekonomi pada China. Akibatnya, Beijing memiliki pengaruh besar dalam kebijakan luar negeri dan keamanan Phnom Penh.

Ketergantungan ekonomi ini berkontribusi pada kedekatan politik dan militer keduanya. Renovasi Pangkalan Angkatan Laut Ream menjadi contoh nyata bagaimana China memperkuat pijakannya di kawasan, sebuah langkah yang mengkhawatirkan AS dan negara-negara lain yang berperan di Asia Tenggara.

Selain renovasi pangkalan, Kamboja diperkirakan akan menerima dua kapal perang dari China dalam waktu dekat. Kedatangan kapal perang ini akan menambah kekuatan militer Phnom Penh sekaligus mempererat kerja sama pertahanan antara kedua negara.

Baca Juga:

Kekhawatiran Amerika Serikat Atas Pengaruh China

Latihan Golden Dragon China-Kamboja 2025: Tantangan Baru Dominasi As?

Latihan Golden Dragon dan kehadiran militer China di Kamboja menarik perhatian serius dari Amerika Serikat. Washington khawatir Beijing membangun kekuatan militer yang kuat di kawasan pengaruh AS.

Pangkalan Angkatan Laut Ream dipandang sebagai pangkalan militer China pertama di Asia Tenggara. Hal ini memberi China akses strategis ke jalur laut yang penting. Situasi ini berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan regional.

Amerika Serikat mengamati pergeseran politik Kamboja yang makin condong ke China. Kamboja yang dulu memimpin ASEAN dengan sikap netral kini lebih mendukung agenda Beijing. Termasuk, Kamboja menahan diri menentang klaim teritorial China di Laut Cina Selatan.

Hal ini melemahkan posisi ASEAN sebagai blok regional yang berbasis pada hukum internasional dan multilateralisme.

Pergeseran Geopolitik Asia Tenggara

Perkembangan hubungan China-Kamboja mencerminkan perubahan geopolitik yang sedang berlangsung di Asia Tenggara. Negara-negara di kawasan ini menghadapi dilema antara mempertahankan hubungan historis dengan AS atau memanfaatkan peluang ekonomi dan dukungan militer dari China.

Kamboja menjadi contoh nyata bagaimana pengaruh ekonomi dapat bertransformasi menjadi pengaruh politik dan militer. Beijing menggunakan investasi dan bantuan militer untuk memperkuat pengaruhnya, sedangkan Kamboja mendapatkan akses ke teknologi militer dan dana pembangunan yang besar.

Meski demikian, Kamboja tetap berusaha menjaga citra sebagai negara yang pragmatis dan berimbang. Contohnya, Kamboja mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menolak agresi militer.

Hal ini terjadi meskipun Kamboja memiliki hubungan dekat dengan China. China sendiri mendukung Rusia dalam konflik Ukraina. Situasi ini menunjukkan kompleksitas kebijakan luar negeri Kamboja yang mencoba menyeimbangkan berbagai kepentingan.

Kesimpulan

Latihan militer gabungan Golden Dragon antara China-Kamboja tahun 2025 menjadi simbol aliansi strategis yang semakin mendalam antara kedua negara. Demonstrasi teknologi militer canggih dan renovasi pangkalan militer mempertegas ambisi Beijing untuk memperluas pengaruh militernya di Asia Tenggara, sekaligus menantang dominasi tradisional Amerika Serikat.

Bagi Kamboja, aliansi ini membawa keuntungan ekonomi dan keamanan yang besar, tetapi juga mengurangi ruang gerak politiknya dengan memperdalam ketergantungan pada China. Di sisi lain, AS dan kekuatan global lainnya mengawasi perkembangan ini dengan cermat karena perubahan ini berpotensi mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan penting dunia.

Perkembangan hubungan China dan Kamboja penting bagi kedua negara. Hal ini juga menjadi indikator utama transformasi geopolitik di Asia Tenggara yang akan berdampak luas pada dinamika global. Simak dan ikuti terus Berita Indonesia Kamboja agar Anda tidak ketinggalan informasi berita menarik lainnya yang terupdate setiap hari.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari news.okezone.com
  2. Gambar Kedua dari www.idntimes.com