Roket Mematikan Guncang Perbatasan Thailand-Kamboja, Warga Korban

Silakan Share

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja meningkat setelah serangan roket mematikan menewaskan warga sipil dan memicu ribuan orang mengungsi.

Roket Mematikan Guncang Perbatasan Thailand-Kamboja, Warga Korban

Insiden ini menyoroti konflik lama terkait klaim wilayah dan situs bersejarah yang memanas menjadi krisis kemanusiaan. Bagi warga terdampak, eskalasi konflik, serta tantangan diplomasi yang dihadapi kedua negara.

Dibawah ini Anda bisa membaca berbagai informasi berita terbaru dan terviral hanya ada di Berita Indonesia Kamboja.

Serangan Roket Mematikan Guncang Perbatasan Thailand-Kamboja

Ketegangan di perbatasan Thailand-Kamboja kembali memakan korban jiwa. Pemerintah Thailand melaporkan seorang warga desa berusia 63 tahun tewas akibat serangan roket yang datang dari wilayah Kamboja pada Minggu, 14 Desember 2025. Peristiwa ini menandai kematian pertama warga sipil Thailand yang secara resmi diakui sebagai akibat langsung.

Insiden itu terjadi ketika situasi di garis demarkasi kedua negara tengah memanas. Roket yang ditembakkan dari arah Kamboja dilaporkan menghantam Distrik Kantharalak, Provinsi Sisaket, Thailand. Serangan tersebut bukan hanya merenggut nyawa, tetapi juga memicu kebakaran yang menghanguskan sebuah rumah warga.

Di lokasi kejadian, otoritas setempat menemukan pecahan peluru yang diyakini berasal dari roket yang sama tertanam di badan jalan tak jauh dari rumah yang terbakar. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa serangan tersebut terarah ke area permukiman sipil, bukan semata mengenai sasaran militer.

Perseteruan Lama Kembali Memanas

Pertempuran antara Thailand dan Kamboja bukanlah konflik yang muncul secara tiba-tiba. Ketegangan terbaru ini dipicu bentrokan pada 7 Desember 2025, yang kemudian berkembang menjadi rangkaian baku tembak dan serangan artileri di sepanjang perbatasan. Kedua pihak saling menuding sebagai pihak yang memulai eskalasi.

Akar persoalan terletak pada klaim wilayah perbatasan yang telah lama disengketakan. Di area tersebut terdapat sebagian lahan strategis yang bukan hanya penting secara geopolitik, tetapi juga memiliki nilai historis dan budaya tinggi. Beberapa bagian wilayah sengketa dikabarkan memuat reruntuhan kuil berusia berabad-abad.

Reruntuhan kuil tersebut menjadikan konflik ini bukan sekadar persoalan batas teritorial, melainkan juga menyentuh isu identitas nasional dan kebanggaan sejarah. Kedua negara sama-sama ingin diakui sebagai pemilik sah situs-situs bersejarah tersebut. Dalam banyak kasus di dunia.

Baca Juga: KBRI Phnom Penh Terus Mendampingi Puluhan WNI di Penjara Kamboja

Tragedi Jiwa dan Ribuan Pengungsi Mengungsi

Tragedi Jiwa dan Ribuan Pengungsi Mengungsi

Data resmi yang dilaporkan dalam sepekan terakhir menunjukkan bahwa pertempuran telah menelan korban jiwa di kedua sisi perbatasan. Lebih dari dua lusin orang dilaporkan tewas, terdiri dari personel militer dan warga sipil yang terjebak di tengah-tengah medan konflik.

Dampak paling nyata dari konflik ini terasa pada warga yang tinggal di sekitar garis perbatasan. Lebih dari setengah juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka untuk mencari tempat yang lebih aman. Laporan Associated Press menyebutkan bahwa arus pengungsian terjadi dalam waktu singkat.

Para pengungsi harus meninggalkan lahan pertanian, mata pencaharian, dan harta benda mereka di belakang, tanpa kepastian kapan bisa kembali. Sekolah ditutup, pusat kegiatan ekonomi lumpuh, dan akses terhadap layanan kesehatan menjadi terbatas. Kondisi ini menjadikan konflik bukan hanya persoalan militer, tetapi juga krisis.

Seruan Deeskalasi dan Tantangan Diplomasi

Serangan roket yang menewaskan warga sipil Thailand berpotensi memperkeruh suasana dan memicu sentimen nasionalis di kedua negara. Pemerintah di Bangkok dan Phnom Penh kini berada di bawah tekanan publik untuk menunjukkan sikap tegas, sekaligus mencari jalan keluar yang tidak menjerumuskan kawasan ke dalam konflik berkepanjangan.

Pengamat kawasan menilai bahwa organisasi regional seperti ASEAN memiliki peran penting untuk mendorong dialog dan mediasi. Mengingat kedua negara adalah anggota aktif, kerangka kerja ASEAN dapat digunakan untuk mempertemukan delegasi Thailand dan Kamboja ke meja perundingan.

Namun, tantangan terbesar terletak pada bagaimana mengelola isu sensitif terkait klaim wilayah dan situs bersejarah. Solusi jangka panjang mungkin memerlukan opsi kreatif, seperti pengelolaan bersama kawasan kuil oleh kedua negara atau penetapan status khusus di bawah perlindungan lembaga internasional budaya.

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate yang tentunya terpecaya hanya di .


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari news.okezone.com
  2. Gambar Kedua dari news.okezone.com