Kamboja Siap Berdialog Dengan Thailand Demi Hentikan Konflik Perbatasan Mematikan

Silakan Share

Pemerintah Kamboja menyatakan kesiapan berdialog dengan Thailand untuk segera menghentikan konflik perbatasan yang menelan korban jiwa.

Kamboja Siap Berdialog Dengan Thailand Demi Hentikan Konflik Perbatasan Mematikan

Konflik berdarah antara Kamboja dan Thailand kembali memanas, menyoroti kerapuhan hubungan kedua negara. Di tengah eskalasi pertempuran yang merenggut nyawa dan memaksa ratusan ribu warga mengungsi, sinyal-sinyal diplomasi muncul. ​Perdana Menteri Kamboja Hun Manet menyatakan kesediaan untuk berdialog, sebuah harapan kecil di tengah ketegangan yang memuncak.​

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Kamboja Buka Pintu Negosiasi

Pemerintah Kamboja, melalui penasihat Perdana Menteri Hun Manet, Suos Yara, menegaskan kesiapan untuk bernegosiasi dengan Thailand. Pernyataan ini muncul di tengah konflik yang telah memasuki hari ketiga, menunjukkan bahwa Phnom Penh terbuka terhadap solusi damai melalui jalur bilateral. Ini merupakan langkah awal yang krusial untuk meredakan ketegangan.

Suos Yara menekankan pentingnya niat baik bersama dari kedua belah pihak untuk memulai proses perundingan. Meskipun Kamboja bersedia, Yara menyatakan bahwa pihaknya tidak akan menjadi yang pertama memulai inisiatif tersebut. Ada harapan bahwa Thailand akan merespons positif tawaran dialog ini demi kepentingan perdamaian regional.

Kesediaan Kamboja untuk berdialog mencerminkan keinginan untuk mengakhiri kekerasan dan mencegah kerugian lebih lanjut. Konflik ini telah berdampak signifikan pada warga sipil dan stabilitas perbatasan, sehingga jalur diplomasi menjadi semakin mendesak untuk segera ditempuh.

Thailand Minta Ketulusan Kamboja

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow, menuntut Kamboja menunjukkan ketulusan. Ia berpendapat bahwa Kamboja harus mengambil langkah pertama untuk meredakan situasi sebelum negosiasi dapat berlangsung. Pernyataan ini mengindikasikan adanya prasangka dan tuntutan timbal balik dalam proses dialog.

Sihasak juga secara tegas menolak mediasi pihak ketiga dalam konflik perbatasan terbaru ini. Thailand lebih memilih penyelesaian bilateral, menunjukkan kepercayaan pada kemampuan kedua negara untuk menyelesaikan perbedaan mereka tanpa intervensi eksternal, meskipun situasi di lapangan menunjukkan sebaliknya.

Penolakan mediasi pihak ketiga oleh Thailand dapat memperlambat proses perdamaian. Tanpa fasilitator yang netral, mungkin akan sulit bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Diperlukan kepercayaan yang kuat agar dialog bilateral dapat berjalan efektif dan menghasilkan solusi konkret.

Baca Juga: Pasukan Thailand Bombardir Kamboja Dipicu Oleh Roket Buatan China

Konflik Berulang, Korban Berjatuhan

Kamboja Siap Berdialog Dengan Thailand Demi Hentikan Konflik Perbatasan Mematikan

Perang perbatasan Thailand dan Kamboja telah memasuki hari ketiga, dengan korban tewas mencapai setidaknya 13 orang dari kedua belah pihak. Angka ini terus bertambah, menambah daftar panjang penderitaan manusia akibat sengketa wilayah yang tak kunjung usai. Ratusan ribu warga juga dilaporkan mengungsi.

Bentrokan terbaru dipicu oleh tewasnya seorang tentara Thailand pada Senin (8/12) dini hari. Thailand menuduh Kamboja sebagai pihak yang memulai serangan, sementara Kamboja membantah tuduhan tersebut dan balik menuduh Thailand melakukan provokasi. Saling tuding ini menghambat upaya deeskalasi.

Konflik ini bukanlah yang pertama. Perang serupa meletus pada Juli lalu selama lima hari, menewaskan 48 orang dan menyebabkan 300.000 orang mengungsi. Perjanjian damai sempat ditandatangani di Kuala Lumpur pada Oktober, namun terbukti tidak mampu mencegah gejolak yang terulang.

Peran Mediasi Dan Gencatan Senjata

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memainkan peran penting dalam memediasi perjanjian damai antara kedua negara. Namun, meskipun ada gencatan senjata, kedua belah pihak saling menuduh melanggar kesepakatan tersebut, menunjukkan bahwa solusi jangka panjang masih sulit tercapai tanpa komitmen kuat.

Presiden Trump telah menyatakan akan kembali menelepon pihak Kamboja dan Thailand untuk menyudahi perang kali ini. Intervensi dari tokoh internasional yang berpengaruh mungkin dapat memberikan tekanan diplomatik yang diperlukan untuk mendorong kedua negara kembali ke meja perundingan dan mencari jalan keluar yang damai.

Diperlukan upaya kolektif dan kemauan politik yang kuat dari Kamboja dan Thailand untuk mengakhiri siklus kekerasan ini. Dialog yang jujur, didukung oleh pengawasan internasional jika diperlukan, adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi dan stabilitas di perbatasan yang telah lama bergejolak.

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana Akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari video.kompas.com
  • Gambar Kedua dari rm.id