Akibat Konflik Thailand-Kamboja Memanas 500 Ribu Warga Mengungsi
Konflik yang memanas di perbatasan Thailand dan Kamboja memaksa sekitar 500 ribu warga meninggalkan rumah mereka.

Situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas, memaksa ratusan ribu penduduk meninggalkan rumah. Eskalasi konflik awal Desember 2025 ini jauh lebih mematikan dibanding bentrokan sebelumnya. Artikel ini mengulas penyebab dan dampak krisis kemanusiaan serta upaya evakuasi kedua negara untuk melindungi warga dari pertempuran yang meluas.
Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Eskalasi Konflik di Perbatasan
Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memuncak awal Desember 2025, menyusul bentrokan lebih intens dan mematikan. Kejadian ini terjadi beberapa bulan setelah insiden Juli 2025 yang menewaskan puluhan orang dan menyebabkan 300.000 warga mengungsi. Konflik kali ini menunjukkan peningkatan signifikan skala dan intensitas, mengancam stabilitas regional.
Peristiwa ini menyoroti kembali sengketa perbatasan historis yang menjadi akar permasalahan antara kedua negara. Meskipun upaya diplomasi telah dilakukan, ketegangan tetap menjadi isu laten yang sewaktu-waktu dapat meledak. Peningkatan aktivitas militer di sepanjang perbatasan menjadi indikasi serius akan potensi eskalasi lebih lanjut.
Kondisi ini memicu kekhawatiran global akan dampak kemanusiaan yang lebih besar. Komunitas internasional mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dan mencari solusi damai. Tanpa intervensi yang berarti, krisis ini berpotensi menyebabkan dampak jangka panjang bagi penduduk sipil di wilayah tersebut.
Ancaman Langsung Terhadap Warga Sipil
Pemerintah Thailand dan Kamboja mengambil tindakan darurat mengevakuasi warganya akibat ancaman langsung pertempuran. Juru bicara Kementerian Pertahanan Thailand, Surasant Kongsiri, menyatakan lebih dari 400.000 warga dipindahkan ke penampungan aman di tujuh provinsi untuk memastikan keselamatan dari potensi serangan dan dampak konflik.
Di sisi Kamboja, upaya evakuasi juga dilakukan secara masif. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, mengonfirmasi bahwa 101.229 warga Kamboja telah dievakuasi. Mereka ditempatkan di penampungan aman atau di rumah-rumah kerabat di lima provinsi, menunjukkan skala krisis yang serupa di kedua sisi perbatasan.
Total lebih dari 500.000 orang dari kedua negara kini berstatus pengungsi, menghindari zona konflik yang berbahaya. Angka ini mencerminkan betapa parahnya situasi dan mendesaknya kebutuhan akan bantuan kemanusiaan. Perlindungan warga sipil menjadi prioritas utama di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut.
Baca Juga: Thailand Tolak Perdamaian Dengan Kamboja Meski AS Turun Tangan
Akar Perselisihan Perbatasan
Konflik yang terus berulang ini berakar dari perselisihan demarkasi perbatasan sepanjang 800 kilometer. Garis perbatasan ini ditetapkan pada era kolonial dan sejak lama menjadi sumber ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Ambigu dalam penentuan batas wilayah menjadi pemicu utama sengketa ini.
Salah satu fokus utama perselisihan adalah klaim atas kuil-kuil bersejarah yang terletak di sepanjang perbatasan. Situs-situs budaya ini memiliki nilai sejarah dan keagamaan yang tinggi bagi kedua negara, sehingga menjadi titik sensitif dalam perundingan. Perebutan kendali atas kuil-kuil ini seringkali memicu bentrokan bersenjata.
Baik Thailand maupun Kamboja saling menyalahkan satu sama lain sebagai pemicu pertempuran terbaru. Setiap pihak menuduh pihak lain memulai agresi, memperkeruh upaya penyelesaian konflik. Tanpa pengakuan bersama atas akar masalah, solusi damai akan sulit tercapai.
Dampak Luas Dan Upaya Penanganan

Pertempuran terbaru ini telah meluas hingga mencakup lima provinsi di Thailand dan Kamboja per 9 Desember. Perluasan wilayah konflik ini menambah kompleksitas situasi dan meningkatkan risiko bagi lebih banyak komunitas. Dampak terhadap infrastruktur dan kehidupan sosial masyarakat menjadi semakin nyata.
Pemerintah kedua negara berupaya keras menyediakan tempat penampungan yang layak dan bantuan dasar bagi para pengungsi. Namun, skala evakuasi yang besar menimbulkan tantangan logistik yang signifikan dalam memastikan semua kebutuhan terpenuhi. Koordinasi antar lembaga dan bantuan internasional sangat dibutuhkan.
Masyarakat internasional menyerukan gencatan senjata segera dan dialog konstruktif antara kedua belah pihak. Penyelesaian damai melalui jalur diplomasi adalah satu-satunya jalan untuk mengakhiri penderitaan warga sipil dan memulihkan stabilitas di kawasan. Tanpa solusi politik, krisis kemanusiaan ini berpotensi berlarut-larut.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana Akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari detik.com
- Gambar Kedua dari video.kompas.com