Hun Sen Ungkap Alasan Mengapa Baht Thailand Harus Segera Dijual
Pemimpin senior asal Kamboja, Hun Sen, baru-baru ini membuat pernyataan keras yang memicu kegemparan di kawasan ASEAN.
Ia mengungkapkan bahwa Baht Thailand harus segera dijual sebuah seruan dramatis yang mengindikasikan ketegangan ekonomi dan politik di antara kedua negara tetangga.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Tekanan Neraca Perdagangan dan Arus Modal
Salah satu kemungkinan latar belakang adalah bahwa Thailand mungkin mengalami defisit transaksi berjalan (current account deficit) atau kekurangan devisa.
Jika impor lebih besar dari ekspor, Thailand perlu menukarkan mata uang asing ke Baht.
Namun jika permintaan terhadap Baht menurun misalnya akibat pelaku pasar kehilangan kepercayaan kurs Baht bisa menguat terlalu tinggi atau fluktuatif.
Dalam situasi tersebut, Hun Sen mungkin memandang bahwa mempertahankan posisi Baht terlalu lama bisa membawa risiko kerugian besar.
Oleh karena itu, “menjual Baht” secepatnya dianggap cara untuk keluar dari eksposur yang merugikan sebelum kurs berubah tajam.
Kebijakan Moneter Global
Kebijakan suku bunga dan likuiditas global juga bisa menjadi pemicu. Saat bank sentral negara maju menaikkan suku bunga atau mulai mengetatkan kebijakan moneter, arus modal global bisa bergerak meninggalkan pasar negara berkembang (emerging markets). Thailand sebagai negara berkembang bisa menjadi target exodus modal.
Hun Sen mungkin merujuk bahwa investor asing atau domestik yang memegang Baht akan merugi jika mereka terlambat menjual ketika tekanan luar mulai merembes masuk. Dengan menjual lebih awal, potensi kerugian bisa diminimalkan.
Baca Juga:Komite Militer Tegaskan, Tentara Kamboja Tidak Melepaskan Tembakan
Ancaman Krisis Keuangan Regional
Kekhawatiran krisis finansial atau kegagalan institusi keuangan di kawasan Asia Tenggara bisa menjadi latar belakang klaim itu.
Jika pasar memprediksi gelombang krisis keuangan seperti yang pernah terjadi Asia Timur di era 1997 atau krisis utang negara-negara Asia, mata uang negara-negara regional bisa terkena “status contagion”.
Dalam kerangka tersebut, Hun Sen bisa mengambil posisi protektif menghimbau pemegang Baht untuk segera lepas agar tidak tertular dampak negatif dari kebangkrutan institusi, tekanan pasar, atau “kejut” psikologis di sektor keuangan.
Faktor Hubungan Kamboja–Thailand
Sebagai pemimpin Kamboja, Hun Sen juga mungkin punya kepentingan politik atau strategis di balik pernyataan semacam ini.
Hubungan ekonomi Kamboja–Thailand cukup intens, misalnya dalam perdagangan lintas perbatasan, pariwisata, atau investasi.
Dengan menyerukan penjualan Baht, Hun Sen bisa ingin menyampaikan pesan bahwa Kamboja harus mengurangi ketergantungan pada mata uang tetangga. Atau bahwa Kamboja perlu memperkuat mata uangnya sendiri (riel) dan cadangan devisa.
Bisa juga ini menjadi bentuk tekanan diplomatik terhadap Thailand atau upaya untuk mempengaruhi persepsi pasar secara regional.
Mengurai Kebenaran di Tengah Rumor
Karena saya tidak menemukan rujukan yang kredibel terkait pernyataan pasti Hun Sen seperti yang Anda tanyakan, kita harus teliti terhadap klaim semacam itu.
Dalam dunia politik dan media, terkadang ada rumor atau interpretasi bebas terhadap pernyataan pemimpin.
Kalau Anda mau, saya bisa bantu cari versi pernyataan aslinya (jika ada), terjemahan dari sumber Khmer, atau komentar media lokal Kamboja yang lebih otentik.
Hal itu akan membantu memastikan apakah “Hun Sen benar-benar menyebut itu” atau hanya versi beredar di media sosial atau opini publik.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari en.moneyandbanking.co.th
- Gambar Kedua dari www.bbc.com