Kamboja Dinilai Langgar Perjanjian Usai Tebar Ranjau di Perbatasan Thailand
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat setelah insiden ranjau darat di wilayah perbatasan kedua negara pada Agustus 2025.
Thailand menuduh Kamboja secara sengaja memasang ranjau anti-personel baru yang melukai prajurit Thailand dan melanggar perjanjian gencatan senjata. Tuduhan ini memicu protes keras dari pemerintah Thailand dan meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik di wilayah yang sudah lama menjadi sengketa.
Insiden Ledakan Ranjau dan Korban Prajurit Thailand
Pada 12 Agustus 2025, seorang prajurit Thailand terluka parah setelah menginjak ranjau darat di dekat kuil Ta Moan Thom di Provinsi Surin, wilayah perbatasan dengan Kamboja. Korban mengalami luka serius pada pergelangan kaki kiri dan harus menjalani perawatan intensif.
Ini bukan insiden pertama; dalam beberapa minggu terakhir terdapat lima kejadian ledakan ranjau yang menyebabkan lima prajurit Thailand kehilangan kaki.
Tuduhan Thailand Terhadap Kamboja
Militer dan pemerintah Thailand secara tegas menuduh Kamboja menanam ranjau baru di wilayah yang disengketakan. Juru Bicara Angkatan Darat Thailand Mayor Jenderal Winthai Suwaree menyebut tindakan ini sebagai pelanggaran gencatan senjata.
Aksi ini juga dianggap Konvensi Ottawa yang melarang penggunaan ranjau anti-personel. Thailand mengklaim ranjau yang ditemukan baru dipasang dan tidak berasal dari sisa konflik lama.
Bantahan Pemerintah Kamboja
Pemerintah Kamboja membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa ranjau yang meledak adalah peninggalan konflik lama yang belum meledak.
Kamboja juga menegaskan bahwa militer mereka beroperasi di wilayahnya sesuai dengan batas teritorial yang diakui internasional.
Ketegangan di dunia maya dan diplomasi pun meningkat, dengan kedua negara saling bertukar pernyataan dan menyalahkan satu sama lain.
Baca Juga:
Riwayat Konflik dan Ketegangan Perbatasan
Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan ketegangan meningkat beberapa kali termasuk bentrokan bersenjata yang menyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan ribu pengungsi.
Pada Juli 2025, kedua negara sempat melakukan bentrokan selama lima hari yang berujung pada perjanjian gencatan senjata berkat mediasi dari pihak ketiga seperti Malaysia, Cina, dan Amerika Serikat.
Dampak Sosial dan Keamanan di Perbatasan
Pemasangan ranjau di daerah perbatasan tidak hanya membahayakan kehidupan prajurit, tetapi juga masyarakat sipil yang tinggal di sekitar wilayah tersebut. Ledakan ranjau seringkali menyebabkan korban jiwa, luka parah, dan trauma berkepanjangan.
Kondisi ini memperburuk situasi kemanusiaan dan menghambat akses sosial ekonomi di kawasan perbatasan.
Respons dan Tindakan Diplomatik
Menanggapi insiden tersebut, Thailand mengajukan protes resmi kepada Kamboja dan meningkatkan pengamanan militer di perbatasan. Bangkok juga mengambil langkah penarikan duta besar untuk Kamboja dan menetapkan pembatasan perbatasan.
Komunitas internasional terus memantau situasi dan mendesak kedua negara untuk tidak melakukan tindakan provokatif agar tidak terjadi eskalasi yang lebih besar.
Kesimpulan
Pemasangan ranjau di perbatasan oleh Kamboja yang dituding melukai prajurit Thailand memicu ketegangan serius antara kedua negara yang sudah lama bersengketa. Saling tuduh pelanggaran gencatan senjata meningkatkan risiko konflik bersenjata.
Dampak sosial dan kemanusiaan dari keberadaan ranjau menjadi perhatian utama. Diplomasi dan mediasi internasional menjadi kunci untuk menahan ketegangan agar kedua negara dapat menempuh jalan damai.
Insiden ini mengingatkan pentingnya penegakan hukum internasional atas ranjau darat dan perlindungan bagi masyarakat di wilayah konflik.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari, kalian bisa kunjungi Berita Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari islamtoday.id
- Gambar Kedua dari liputan6.com