Kamboja Hebohkan Dunia, Kuil Perbatasan Diduga Jadi Pangkalan Militer!

Silakan Share

Klaim Kuil Perbatasan Diduga Jadi Pangkalan Militer telah menyulut perhatian dunia, pelanggaran konvensi internasional dan prinsip UNESCO.​

Kamboja Hebohkan Dunia, Kuil Perbatasan Diduga Jadi Pangkalan Militer!

Ketegangan ini kembali memanas pada Juli 2025, yang memicu tuduhan di media sosial bahwa Kamboja menggunakan kuil-kuil kuno sebagai pangkalan militer. Penting untuk menganalisis klaim ini secara cermat berdasarkan bukti yang ada dan konteks konflik yang lebih luas.​

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran hanya di Berita Indonesia Kamboja.

Akar Sejarah Sengketa Perbatasan dan Kuil

Perselisihan antara Thailand dan Kamboja, khususnya di wilayah yang dikenal sebagai Segitiga Zamrud. Berakar dari pemetaan batas wilayah pada tahun 1907 oleh Prancis saat menjajah Kamboja. Meskipun ada kesepakatan untuk mengikuti garis batas air alami, pemetaan ini justru menjadi sumber masalah.

Salah satu titik sengketa utama adalah Kuil Preah Vihear, yang dibangun pada abad ke-11 dan diklaim oleh Kamboja. Mahkamah Internasional (ICJ) pada tahun 1962 memutuskan bahwa kuil tersebut secara resmi milik Kamboja, namun wilayah di sekitarnya tetap menjadi sumber perselisihan. Sentimen nasionalis di kedua negara semakin memperburuk ketegangan ini.

Selain Preah Vihear, kuil-kuil lain seperti Prasat Ta Muan Thom, Ta Muen Tauch, dan Ta Krabei juga menjadi bagian dari gugatan yang diajukan Kamboja ke ICJ untuk menyelesaikan “masalah yang belum terselesaikan dan sensitif”. Konflik ini telah menyebabkan bentrokan bersenjata berulang kali, dengan insiden paling intens pada tahun 2008 dan 2011.

Klaim Viral dan Cek Fakta DW

Setelah gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja disepakati pada akhir Juli 2025. Sebuah klaim viral muncul di media sosial, menuduh tentara Kamboja menggunakan kuil kuno untuk tujuan militer. Seorang pengguna X (sebelumnya Twitter) menulis pada 31 Juli bahwa Kamboja menggunakan situs kuno sebagai pangkalan militer, membangun bunker, dan melanggar konvensi internasional serta prinsip UNESCO.

Unggahan ini, yang disertai dua foto, telah dilihat lebih dari satu juta kali di berbagai platform. Teks dalam unggahan tersebut juga menyatakan “Situs Warisan Suci Diubah Menjadi Pangkalan Militer, Pelanggaran Nyata terhadap Konvensi Internasional,” dengan tagar “Prasat Ta Kwa”. Cek fakta yang dilakukan oleh DW mengungkapkan bahwa foto-foto yang menyertai klaim tersebut sudah pernah dipublikasikan sebelumnya pada April 2025 dan menjadi viral dua hari setelah gencatan senjata.

Identifikasi lokasi menunjukkan bahwa gambar-gambar tersebut adalah kuil Prasat Ta Krabay atau Prasat Ta Khwai. Namun, foto-foto tersebut tidak merepresentasikan situasi terkini. Meskipun ada citra Google Street View dari November 2013 yang memperlihatkan personel militer di lokasi dengan emblem bendera Kamboja. DW belum menemukan bukti konkret yang menunjukkan bahwa Prasat Ta Krabay/Prasat Ta Khwai digunakan sebagai pangkalan militer atau bunker dalam beberapa hari terakhir.

Baca Juga: Jenazah Azwar Akhirnya Dipulangkan ke Indonesia Usai Ditahan Lama di Kamboja

Penggunaan Strategis Kuil di Wilayah Sengketa

Penggunaan Strategis Kuil di Wilayah Sengketa

Terlepas dari klaim terkini yang belum terbukti, kuil-kuil kuno di wilayah sengketa perbatasan. Seperti Prasat Preah Vihear, Ta Muan Thom, dan Prasat Ta Krabey, sering kali dijaga oleh militer dan menjadi titik bentrokan. Menurut Profesor Pavin Chachavalpongpun dari Universitas Kyoto, kuil-kuil ini dimanfaatkan secara strategis karena letaknya di puncak Pegunungan Dangrek. Yang menawarkan keuntungan pengamatan dan pertahanan.

Penempatan pasukan di situs-situs budaya ini juga berfungsi sebagai simbol klaim kedaulatan, yang pada akhirnya mengubah situs warisan menjadi zona militer dan titik konflik. Ada banyak laporan dan bukti foto yang menunjukkan pembangunan bunker oleh pasukan Thailand dan Kamboja di situs Preah Vihear dan candi-candi lainnya. Yang merupakan konsekuensi langsung dari penggunaan situs budaya sebagai posisi militer.

Pelanggaran Konvensi Internasional dan Prinsip UNESCO

Penggunaan situs budaya untuk tujuan militer merupakan pelanggaran terhadap konvensi internasional dan prinsip-prinsip UNESCO. Kuil Preah Vihear telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 2008. Meskipun Prasat Ta Krabay/Prasat Ta Khwai belum terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

Hukum internasional tetap melindungi semua situs budaya dan melarang penggunaannya untuk keperluan militer. Pavin Chachavalpongpun menegaskan bahwa menjadikan kuil sebagai pangkalan militer tidak hanya membahayakan situs itu sendiri tetapi juga berisiko hilangnya status perlindungan UNESCO.

Konvensi Warisan Dunia UNESCO tahun 1972 secara eksplisit bertujuan untuk melindungi warisan alam dan budaya yang bernilai universal. Dan mengubah situs semacam itu menjadi zona militer jelas melanggar prinsip-prinsip tersebut.

Kesimpulan

Meskipun ada klaim viral yang menuduh Kamboja menggunakan kuil perbatasan sebagai pangkalan militer. Bukti visual yang tersedia saat ini tidak mengonfirmasi bahwa kuil Prasat Ta Krabay atau Prasat Ta Khwai digunakan untuk keperluan militer atau sebagai bunker dalam beberapa hari terakhir.

Namun, riwayat konflik di wilayah perbatasan menunjukkan bahwa kuil-kuil kuno, karena letak strategisnya, memang sering dijaga oleh militer dan menjadi titik sengketa. Praktik penggunaan situs budaya untuk tujuan militer.

Seperti pembangunan bunker, merupakan pelanggaran serius terhadap konvensi internasional dan prinsip-prinsip UNESCO yang bertujuan melindungi warisan budaya dunia. Oleh karena itu, penting untuk memverifikasi informasi dengan cermat dan mematuhi hukum internasional guna menjaga integritas situs-situs bersejarah tersebut.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Kuil Perbatasan Jadi Pangkalan Militer hanya di BERITA INDONESIA KAMBOJA.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari news.detik.com
  2. Gambar Kedua dari www.kompas.com