Thailand Pulangkan Tentara Kamboja, Sinyal Damai Menjelang Negosiasi Gencatan Senjata
Thailand telah pulangkan dua dari 20 tentara Kamboja yang sempat ditahan, sebuah langkah yang terjadi menjelang negosiasi gencatan senjata.

Tindakan ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang meningkat setelah serangkaian bentrokan militer yang paling parah dalam lebih dari satu dekade. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Konflik Perbatasan yang Mencekam
Hubungan antara Thailand dan Kamboja telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir, dengan ketegangan yang memuncak menjadi serangan udara dan tembakan roket lintas batas. Konflik ini, yang merupakan pertempuran terburuk antara kedua negara tetangga di Asia Tenggara tersebut dalam lebih dari satu dekade.
Telah menyebabkan setidaknya 43 orang tewas dan lebih dari 300.000 orang mengungsi. Secara spesifik, 30 orang tewas di pihak Thailand, terdiri dari 15 tentara dan 15 warga sipil, sementara di Kamboja, 13 orang tewas, termasuk 5 tentara dan 8 warga sipil.
Bentrokan tidak hanya melibatkan infanteri, tetapi juga duel artileri, serangan roket dari truk oleh pasukan Kamboja, serta serangan udara balasan dari Thailand. Lebih dari 260.000 warga sipil terpaksa mengungsi akibat konflik ini, sesuai dengan data resmi dari kedua belah pihak dan pengakuan internasional.
Gencatan Senjata dan Peran Mediator Internasional
Gencatan senjata berhasil dicapai pada Senin (28/7/2025) menyusul desakan kuat dari Malaysia dan panggilan telepon langsung dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump mengancam akan menunda negosiasi tarif dengan Thailand dan Kamboja sampai pertempuran berhenti. Memanfaatkan perdagangan sebagai alat diplomasi untuk meredakan ketegangan geopolitik.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memediasi pertemuan antara Pelaksana Tugas Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet di Putrajaya, Malaysia. Di mana kedua belah pihak sepakat untuk gencatan senjata tanpa syarat yang berlaku mulai tengah malam.
AS dan Tiongkok, meskipun dengan peran yang berbeda, juga terlibat aktif dalam mendorong kesepakatan ini. Para pengamat menilai bahwa intervensi terbuka Trump yang mengancam pemutusan perundingan dagang jika konflik berlanjut. Terbukti efektif dalam mendorong kedua belah pihak untuk berunding.
Baca Juga: Trump Dinominasikan Dapat Nobel Perdamaian Oleh Kamboja, Ini Alasannya
Pemulangan Sebagian Tentara dan Tuntutan Kamboja

Militer Thailand memulangkan dua dari 20 tentara Kamboja yang ditahan pada Jumat (1/8/2025). Kedua tentara yang terluka itu diserahkan di pos pemeriksaan perbatasan antara Provinsi Surin, Thailand, dan Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja.
Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, salah satu tentara yang dipulangkan adalah sersan yang menderita patah lengan dan luka di pinggul. Sementara yang lain berpangkat letnan dua yang mengalami kelelahan tempur.
Meski demikian, 18 prajurit Kamboja lainnya masih ditahan. Kamboja telah menyambut kepulangan dua prajuritnya tersebut, namun juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Maly Socheata mendesak Thailand untuk segera memulangkan prajurit yang tersisa sesuai dengan hukum humaniter internasional.
Perbedaan Klaim dan Tuduhan HAM
Kedua negara memberikan pernyataan yang berbeda terkait insiden penangkapan prajurit. Kamboja menyatakan bahwa tentara mereka mendekati posisi Thailand dengan niat bersahabat untuk memberikan salam pasca-pertempuran. Sebaliknya, Thailand mengatakan tentara Kamboja tampaknya memiliki niat permusuhan dan memasuki wilayah Thailand, sehingga mereka ditahan.
Thailand menegaskan bahwa penahanan 18 prajurit lainnya sesuai dengan aturan humaniter internasional dan mereka akan dipulangkan setelah proses hukum rampung. Komite Hak Asasi Manusia Kamboja telah menyurati Komisaris Tinggi PBB untuk HAM. Mengklaim bahwa kedua tentara yang dipulangkan disiksa dan ditolak perawatan medisnya.
Meskipun surat tersebut tidak disertai bukti, Kamboja menuntut agar dilakukan investigasi imparsial oleh PBB atau badan internasional terkait atas klaim mereka. Thailand membantah tuduhan ini, dengan juru bicara Angkatan Darat Kerajaan Thailand Mayor Jenderal Winthai Suvaree menegaskan bahwa para tentara ditangani dengan hormat, sesuai etika militer dan konvensi internasional.
Prospek Negosiasi Mendatang
Kondisi di perbatasan kembali damai setelah kedua negara menyepakati gencatan senjata tanpa syarat. Para pejabat senior Thailand dan Kamboja dijadwalkan bertemu di Malaysia pada Senin, 4 Agustus 2025, untuk membahas detail penguatan gencatan senjata.
Pertemuan ini akan dihadiri oleh para menteri pertahanan dan komandan militer dari kedua belah pihak. Dengan tujuan menjaga gencatan senjata di sepanjang perbatasan yang disengketakan. Kamboja juga mengusulkan agar Malaysia, AS, dan Tiongkok menghadiri pertemuan tersebut sebagai pengamat. Mengingat peran kunci mereka dalam mencapai gencatan senjata.
Meskipun gencatan senjata telah resmi diberlakukan, beberapa pengamat tetap skeptis tentang keberlangsungannya, mencatat adanya laporan pertempuran yang masih terus terjadi.
Kesimpulan
Pemulangan sebagian tentara Kamboja oleh Thailand merupakan langkah positif menuju de-eskalasi konflik perbatasan yang memanas. Meskipun masih ada perbedaan klaim dan tuduhan pelanggaran HAM, upaya diplomatik dan negosiasi yang sedang berlangsung. Yang didukung oleh mediator internasional seperti Malaysia, AS, dan Tiongkok, menunjukkan komitmen kedua negara untuk mencapai perdamaian.
Keberhasilan negosiasi di masa depan akan sangat bergantung pada kemauan kedua belah pihak untuk menyelesaikan akar permasalahan sengketa wilayah dan memastikan perlakuan yang manusiawi terhadap semua individu yang ditahan, sejalan dengan hukum humaniter internasional.
Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap tentang Thailand Pulangkan Tentara Kamboja hanya BERITA INDONESIA KAMBOJA.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari news.okezone.com
- Gambar Kedua dari www.beritasenator.com