Penipuan Online Skala Besar, Kamboja Bekuk 200 Warga Vietnam Sekaligus
Penipuan online skala besar menjadi salah satu bentuk kejahatan siber yang kian marak dan merugikan, dengan kerugian global mencapai puluhan miliar dolar setiap tahun.
Baru-baru ini, Kamboja melakukan operasi besar-besaran membongkar pusat-pusat penipuan daring yang beroperasi secara terorganisir dan massif. Khususnya menangkap lebih dari 200 warga negara Vietnam yang diduga terlibat dalam jaringan tersebut.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Operasi Penangkapan Besar-besaran di Kamboja
Pada pertengahan Juli 2025, otoritas penegak hukum Kamboja menggelar penggerebekan besar terhadap sejumlah pusat penipuan online di ibu kota Phnom Penh dan kota pesisir Sihanoukville.
Dalam penggerebekan yang berlangsung selama dua hari, Senin (14/7) dan Selasa (15/7), sebanyak 149 warga Vietnam, tiga warga negara China, dan 85 warga negara Kamboja diamankan dari dua gedung yang dicurigai menjadi markas jaringan penipuan daring di Phnom Penh.
Sementara di Sihanoukville, penggerebekan di empat lokasi berbeda menghasilkan penangkapan tambahan 63 warga Vietnam serta penyitaan 54 unit komputer yang digunakan untuk aktivitas ilegal tersebut. Totalnya, lebih dari 200 warga Vietnam berhasil ditangkap dalam operasi ini.
Operasi ini merupakan tindak lanjut langsung dari instruksi Perdana Menteri Hun Manet yang menginginkan penegakan hukum ketat terhadap kejahatan siber. Termasuk penipuan online yang sudah merajalela di Kamboja.
Dalam perintah yang dikeluarkan pada 15 Juli, Hun Manet menegaskan bahwa aparat penegak hukum dan militer harus mencegah dan memberantas praktik ini secara serius. Dia juga memperingatkan bahwa pejabat yang gagal mengambil tindakan akan kehilangan jabatannya.
Pusat Penipuan Online di Asia Tenggara
Kamboja telah lama menjadi pusat operasi kejahatan penipuan online yang melibatkan jaringan kriminal terorganisir.
Amnesty International melaporkan bahwa ada setidaknya 53 kompleks penipuan yang beroperasi di negara tersebut. Tempat terjadi berbagai pelanggaran hak asasi manusia.
Termasuk perdagangan manusia, kerja paksa, eksploitasi anak, penyiksaan, dan perbudakan modern. Kondisi ini menggambarkan betapa luas dan sistematisnya jaringan kejahatan tersebut di Kamboja.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan menyebut Asia Tenggara adalah “ground zero” atau titik nol dari industri penipuan global.
Di mana modus operasi utama yang digunakan para pelaku adalah melalui tipu daya lewat hubungan asmara maupun tawaran bisnis palsu di media sosial.
Modus-modus ini menjerat banyak korban yang diperdaya dan dipaksa terlibat dalam praktik penipuan tersebut.
Baca Juga: Penipuan di Phnom Penh Terbongkar! 3 Warga Negara Tiongkok Ditangkap!
Peran dan Tindakan Pemerintah Kamboja
Pemerintah Kamboja menanggapi masalah ini dengan serius dan mengambil langkah-langkah tegas dalam beberapa bulan terakhir.
Selain penggerebekan dan penangkapan besar-besaran. Mereka juga melakukan deportasi terhadap warga asing yang terlibat dalam operasi tersebut.
Pada Juni 2025 119 warga Thailand dideportasi dari total 230 warga negara asing yang ditahan akibat dugaan keterlibatan dalam penipuan siber di kota perbatasan Poipet.
Operasi besar-besaran kali ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menindak kejahatan siber.
Dengan kolaborasi antara aparat penegak hukum dan militer yang dipimpin oleh arahan langsung pemerintah pusat.
Peringatan keras dari Perdana Menteri Hun Manet diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pemberantasan dan mendorong pejabat agar lebih responsif dan bertanggung jawab terhadap masalah ini.
Skala Kerugian Penipuan Online
Kerugian dunia akibat praktik penipuan online diperkirakan mencapai USD 40 miliar per tahun, dengan Asia Tenggara menjadi episentrum masalah ini.
Organisasi internasional sudah lama mengingatkan bahwa industri kejahatan ini mulai meluas ke wilayah lain seperti Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan beberapa kepulauan di Pasifik. Hal ini mengindikasikan pola operasi yang semakin kompleks dan jaringan yang semakin luas lintas benua.
Perluasan Jaringan Penipuan ke Wilayah Lain
Menurut Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), industri penipuan daring kini sudah mulai meluas ke luar Asia Tenggara.
Kelompok-kelompok kriminal dikabarkan membangun jaringan baru di berbagai wilayah seperti Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan pulau-pulau di Pasifik.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini tidak hanya regional, melainkan sudah menjadi persoalan global yang memerlukan kerjasama internasional dalam penanganannya.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari PublikSatu
- Gambar Kedua dari Africa Health