Penipuan di Phnom Penh Terbongkar! 3 Warga Negara Tiongkok Ditangkap!
Kasus penipuan daring di Phnom Penh, Kamboja, kembali menggegerkan publik setelah pihak kepolisian setempat melakukan operasi besar-besaran dan menangkap sejumlah tersangka, termasuk tiga warga negara Tiongkok.
Penangkapan ini menjadi bagian dari upaya pemerintah Kamboja dalam memberantas kejahatan siber yang semakin meresahkan masyarakat, khususnya yang melibatkan jaringan internasional.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Operasi Penangkapan Besar-besaran di Phnom Penh
Pemerintah Kamboja menggelar operasi besar untuk memerangi kejahatan siber dengan menargetkan sindikat penipuan daring yang telah beroperasi di berbagai wilayah, termasuk ibu kota Phnom Penh dan beberapa provinsi lainnya.
Dalam operasi ini, lebih dari 1.000 tersangka dari beragam negara ditangkap, mencakup warga Indonesia, Vietnam, Thailand, Bangladesh, Myanmar, dan termasuk tiga warga negara Tiongkok yang diduga kuat terlibat dalam aktivitas penipuan tersebut.
Penangkapan tersangka ini dilakukan di beberapa lokasi, termasuk gedung-gedung yang menjadi markas jaringan kejahatan siber.
Polisi juga mengamankan ratusan perangkat elektronik seperti ponsel dan komputer yang digunakan dalam modus penipuan daring.
Langkah tegas ini dipimpin langsung oleh Perdana Menteri Kamboja Hun Manet sebagai bentuk komitmen negara dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dari pengaruh kejahatan digital.
Keterlibatan WNI Dalam Sindikat Penipuan Online
Fakta mengejutkan lainnya adalah keterlibatan WNI yang berperan sebagai pelaku dalam jaringan penipuan online di Kamboja.
Dalam beberapa kasus, terdapat WNI yang menjadi kambuhan, yakni setelah dipulangkan dan dianggap selesai kasusnya. Mereka malah kembali lagi menjalankan modus serupa dengan paspor baru.
KBRI Phnom Penh telah menangani ribuan kasus bermasalah WNI yang terkait dengan kegiatan penipuan daring.
Pada triwulan pertama tahun 2025, tercatat ada 1.301 kasus yang ditangani, dengan 85 persen di antaranya adalah terkait penipuan daring.
Lonjakan kasus ini menunjukkan bahwa iming-iming gaji tinggi dan kemudahan akses kerja menjadi pemicu utama banyak WNI terjerat.
Para WNI yang terlibat biasanya menerima gaji bulanan, dan tidak mengalami kekerasan fisik, namun kerjaan yang diberikan memiliki target sangat tinggi sehingga banyak yang akhirnya memutuskan berhenti.
Ada juga sebagian yang justru berada dalam kondisi sulit dan meminta bantuan untuk dipulangkan ke tanah air.
Baca Juga: Potret WNI di Kamboja, Hidup di Antara Impian dan Realita Kerja Judi Online
Modus dan Target Penipuan Daring
Penipuan daring yang terjadi di Phnom Penh tidak hanya bersifat lokal tetapi juga berdampak lintas negara. Kelompok pelaku sering menargetkan masyarakat Indonesia melalui berbagai skema yang sulit dilacak.
Menurut laporan, kegiatan penipuan daring ini melibatkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai operator penipuan, sebagian besar menargetkan warga Indonesia di tanah air.
Para pelaku ini biasanya menawarkan pekerjaan dengan iming-iming gaji tinggi, pekerjaan mudah, dan fasilitas yang menarik, sehingga banyak WNI yang tergiur tanpa menyadari risiko dan konsekuensi hukum yang mereka hadapi.
Ujungnya, korban penipuan jauh lebih banyak dan kerugian pun terus meningkat. Pemerintah Indonesia melalui KBRI Phnom Penh terus mengingatkan masyarakat untuk tidak terlibat dalam aktivitas ilegal ini karena sangat merugikan banyak pihak.
Upaya Pemberantasan dan Perlindungan WNI
Menghadapi fenomena ini, Pemerintah Kamboja melakukan operasi rutin dan memberantas sindikat penipuan daring dengan melibatkan aparat kepolisian di berbagai provinsi.
Selain itu, KBRI Phnom Penh juga aktif memberikan perlindungan kepada WNI yang terdampak. Termasuk memfasilitasi pemulangan bagi mereka yang meminta bantuan.
Duta Besar Indonesia untuk Kamboja, Santo Darmosumarto, secara tegas menyatakan bahwa KBRI tidak akan menoleransi keterlibatan WNI dalam penipuan daring dan mengimbau masyarakat Indonesia agar lebih berhati-hati dalam memilih pekerjaan di luar negeri.
Masyarakat juga diminta untuk selalu memastikan keabsahan dan prosedur legal sebelum bekerja agar tidak terjebak dalam praktik ilegal.
Kerja sama yang erat antara KBRI, aparat kepolisian, dan instansi terkait di kedua negara menjadi kunci utama dalam memberantas dan mengendalikan kasus penipuan daring agar tidak semakin merajalela.
Edukasi digital dan literasi keamanan menjadi fokus untuk melindungi masyarakat dari dampak penipuan daring yang merugikan.
Dampak Penipuan Daring Bagi Korban
Penipuan daring bukan hanya merugikan korban secara finansial tetapi juga berdampak negatif secara sosial dan psikologis.
Korban sering merasa terperangkap dan mengalami tekanan berat karena kehilangan uang dan juga stigma sosial. Di sisi lain, kejadian ini juga merusak citra WNI di luar negeri. Terutama di Kamboja, yang sebelumnya dikenal sebagai lokasi tujuan kerja yang menjanjikan.
Selain itu, tingginya kasus penipuan daring menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia dan KBRI Phnom Penh.
Mereka terus berupaya melakukan edukasi kepada masyarakat. Memperkuat koordinasi dengan instansi terkait. Dan melakukan aksi preventif agar WNI tidak mudah terjebak dalam rekruitmen ilegal.
Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa modus penipuan semakin berkembang dan memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menarik calon korban.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari PublikSatu
- Gambar Kedua dari Africa Health