Tiga Situs Genosida Khmer Merah di Kamboja Diabadikan Dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO
Tiga lokasi yang menjadi saksi bisu kekejaman rezim Khmer Merah di Kamboja telah resmi diakui oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia.
Pengumuman ini disampaikan pada Sidang ke-47 Komite Warisan Dunia di Paris pada Jumat, 11 Juli 2025, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Khmer Merah menguasai Phnom Penh.
Pengakuan ini bertujuan sebagai pengingat abadi akan kekejaman yang dilakukan dan pentingnya mempertahankan perdamaian.
Latar Belakang Rezim Khmer Merah dan Dampaknya
Khmer Merah, di bawah pimpinan Pol Pot, berupaya mengubah Kamboja menjadi negara komunis agraris yang ekstrem. Pada 17 April 1975, setelah menguasai Phnom Penh, mereka secara paksa mengevakuasi dua juta penduduk ibu kota ke pedesaan. Yang dimana hal ini menyebabkan ribuan kematian, perpecahan keluarga, dan penghancuran institusi, terutama sistem hukum.
Rezim ini mengeksekusi hampir semua profesional hukum, menghancurkan sekolah-sekolah hukum, dan menghapus prinsip-prinsip hukum mendasar seperti independensi peradilan dan hak untuk mendapatkan bantuan hukum. Sekitar 1,7 juta warga Kamboja meninggal dunia akibat kelaparan, kerja paksa, dan eksekusi di bawah rezim brutal ini.
Museum Genosida Tuol Sleng (S-21)
Situs pertama yang diakui UNESCO adalah Museum Genosida Tuol Sleng, yang dikenal sebagai penjara S-21. Dulunya adalah sebuah sekolah menengah atas di Phnom Penh, tempat ini diubah menjadi pusat penahanan, penyiksaan, dan eksekusi oleh Khmer Merah.
Sekitar 15.000 orang ditahan dan disiksa di sini, dengan sebagian besar kemudian dieksekusi. Museum ini kini menyimpan foto-foto hitam-putih para korban dan memamerkan alat-alat penyiksaan yang digunakan selama rezim di masa lalu.
Pusat Genosida Choeung Ek (Killing Fields)
Terletak di dekat Phnom Penh, Choeung Ek dulunya adalah pemakaman Tionghoa yang kemudian dikenal sebagai salah satu “ladang pembantaian” utama rezim Khmer Merah. Ribuan tahanan dari S-21 (Tuol Sleng) diangkut ke sini untuk dieksekusi massal.
Setelah jatuhnya rezim Kampuchea Demokratik pada 1979, kuburan massal ditemukan, dan jenazah para korban kemudian diabadikan dalam sebuah stupa Buddha.
Situs ini berdiri sebagai pengingat nyata kekejaman yang dilakukan dan menjadi titik fokus upacara peringatan tahunan, khususnya pada 20 Mei, yang diperingati sebagai “Hari Peringatan” .
Baca Juga:
Penjara M-13 di Kampong Chhnang
Situs ketiga adalah Penjara M-13, yang terletak di pedesaan provinsi Kampong Chhnang. M-13 adalah salah satu penjara utama Khmer Merah pada masa-masa awal berdirinya rezim. Para tahanan di sini menjadi sasaran interogasi brutal, penyiksaan, dan eksekusi.
Situs ini kini masih menyimpan sisa-sisa samar lubang tempat para tahanan ditahan. Hal ini juga memberikan gambaran mengerikan tentang penderitaan yang terjadi di dalamnya.
Pentingnya Pengakuan UNESCO
Pengakuan ketiga situs ini sebagai Warisan Dunia UNESCO memiliki makna yang sangat penting. UNESCO mencakup situs-situs yang sangat penting bagi kemanusiaan, seperti Tembok Besar Cina dan Piramida Giza. Penambahan situs-situs genosida Kamboja ini dimaksudkan sebagai pengingat abadi akan kekejaman yang dilakukan dan pentingnya mempertahankan perdamaian.
Bagi para penyintas era Khmer Merah, seperti Chum Mey, salah satu dari sedikit penyintas S-21, daftar ini berfungsi sebagai pengingat akan penyiksaan yang dialaminya dan penting untuk mendidik generasi mendatang tentang masa lalu Kamboja.
Warisan dan Harapan Untuk Masa Depan Kamboja
Meskipun Perjanjian Perdamaian Paris 1991 menjanjikan masa depan yang demokratis, membangun kembali sektor hukum dan memulihkan budaya keadilan merupakan proses yang lambat dan sulit, dengan warisan kehancuran ini masih terlihat di pengadilan Kamboja saat ini.
Perdana Menteri Hun Manet mengajak warga Kamboja untuk menabuh genderang dan merayakan pengakuan UNESCO tersebut.
Ia berharap bahwa pencantuman ini akan menginspirasi masyarakat untuk mengambil pelajaran dari masa-masa tergelap dalam sejarah.
Kesimpulan
Pengakuan UNESCO terhadap tiga situs genosida Khmer Merah di Kamboja. Museum Genosida Tuol Sleng (S-21), Pusat Genosida Choeung Ek, dan Penjara M-13. Hal ini menjadi pengingat global akan kekejaman yang pernah terjadi. Lebih dari sekadar situs sejarah, tempat-tempat ini adalah monumen penderitaan dan simbol pentingnya menjaga perdamaian serta keadilan.
Pengakuan ini diharapkan tidak hanya mengabadikan memori para korban, tetapi juga mendidik generasi mendatang tentang bahaya ideologi ekstrem dan urgensi melindungi martabat manusia.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari, kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari kompas.id
- Gambar Kedua dari reuters.com