Kamboja dan Tiongkok Pererat Aliansi Asia Tenggara Hadapi Babak Baru Strategis!

Silakan Share

Hubungan yang semakin erat antara Kamboja dan Tiongkok telah memicu perdebatan sengit di kalangan pengamat geopolitik.

Kamboja dan Tiongkok Pererat Aliansi Asia Tenggara Hadapi Babak Baru Strategis!

Kedekatan ini, yang mencakup kerja sama militer dan ketergantungan ekonomi yang mendalam, mengisyaratkan adanya pergeseran strategis yang signifikan di Asia Tenggara, di mana Kamboja tampak semakin condong ke arah Beijing, meninggalkan kebijakan netralitasnya yang tradisional.

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Kerja Sama Militer Dari Latihan Hingga Pangkalan Strategis

Salah satu indikator paling mencolok dari pergeseran ini adalah intensifikasi kerja sama militer antara Kamboja dan Tiongkok. Latihan militer gabungan tahunan mereka, yang dikenal sebagai “Golden Dragon”, telah menjadi sorotan utama. Namun latihan Golden Dragon pertama kali diadakan pada tahun 2016, dan sejak saat itu, pola kebijakan luar negeri Kamboja menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk menjauh dari Barat dan mendekat ke Tiongkok.

Latihan pada tahun 2025 menjadi yang terbesar, melibatkan hampir 900 personel militer Tiongkok dan lebih dari 1.300 tentara Kamboja. Yang lebih menarik, latihan ini melibatkan penggunaan peralatan canggih dari Tiongkok, termasuk kendaraan lapis baja, helikopter, kapal perang, drone pengintai. Dan bahkan anjing tempur robotik menandakan peningkatan signifikan dari latihan sebelumnya, baik dari segi skala maupun teknologi.

Menurut Juru Bicara Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF), Thong Solimo, latihan ini mencerminkan “kolaborasi pertahanan yang semakin dalam” antara Phnom Penh dan Beijing. Pangkalan Angkatan Laut Ream di Kamboja juga menjadi pusat perhatian.

Kapal perang Tiongkok Changbai Shan dilaporkan merapat di sana, membawa peralatan militer untuk latihan. Memicu kekhawatiran bahwa pangkalan yang baru direnovasi itu akan menjadi pijakan strategis pertama Tiongkok di Asia Tenggara. Citra satelit dari BBC bahkan menunjukkan dua kapal perang Tiongkok jenis Jiangdao berlabuh di dermaga Pangkalan Ream dari Desember 2023 hingga Juni 2024, mengindikasikan kehadiran yang lebih permanen daripada yang diakui Phnom Penh.

Pangkalan Ream, dengan lokasinya yang strategis di pintu masuk Teluk Thailand dan dekat dengan Pelabuhan Sihanoukville serta proyek Kanal Funan Techo, memiliki nilai geopolitik yang signifikan, tidak jauh dari Selat Malaka.

Ketergantungan Ekonomi Utang, Investasi, dan Perdagangan

Selain kerja sama militer, ketergantungan ekonomi Kamboja terhadap Tiongkok juga sangat mendalam. Lebih dari 35% utang luar negeri Kamboja berasal dari Beijing, menempatkan Kamboja dalam posisi yang sangat bergantung. Aliran investasi miliaran dolar dari Tiongkok telah membanjiri berbagai proyek infrastruktur di Kamboja. Termasuk pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan, dan kawasan properti.

Kamboja juga merupakan mitra penting dalam Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) Tiongkok, yang semakin mengikatnya secara ekonomi. Salah satu proyek infrastruktur paling ambisius adalah pembangunan Kanal Funan Techo sepanjang 180 kilometer. Yang akan menghubungkan Sungai Mekong dengan Teluk Thailand.

Proyek ini bertujuan mengurangi ketergantungan Kamboja pada pelabuhan di Vietnam dan diharapkan mendapat dukungan finansial signifikan dari Tiongkok. Dalam bidang perdagangan, Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar Kamboja selama 13 tahun berturut-turut.

Volume perdagangan bilateral pada tahun 2024 mencapai nilai RMB $17,83 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 20,7% dari tahun 2023. Ekspor komoditas pertanian dan perikanan Kamboja seperti beras, pisang, mangga, longan, kelapa. Dan ikan basa ke Tiongkok telah secara signifikan meningkatkan penghasilan masyarakat Kamboja, memperdalam ikatan ekonomi antara kedua negara.

Tiongkok juga menjadi sumber investasi asing terbesar bagi Kamboja selama 13 tahun berturut-turut, meliputi sektor transportasi, energi, pertanian, manufaktur, pariwisata, kawasan ekonomi khusus, serta teknologi informasi dan komunikasi.

Baca Juga: Kerja Judol di Kamboja Gajinya Gede, Tapi Bisa Balik Kerja di Indonesia?

Dampak Geopolitik di Asia Tenggara

Dampak Geopolitik di Asia Tenggara

Pergeseran strategis Kamboja ini memiliki implikasi besar bagi dinamika geopolitik di Asia Tenggara. Kamboja kerap kali menghalangi upaya ASEAN dalam mengkritisi klaim teritorial Beijing di Laut Cina Selatan sikap yang menunjukkan keberpihakannya yang semakin jelas.

Para analis terus menyuarakan kekhawatiran bahwa peningkatan hubungan militer dan ekonomi yang mendalam ini dapat mengikis otonomi dan kedaulatan kebijakan luar negeri Kamboja. Pangkalan Angkatan Laut Ream menjadi simbol nyata dari kekhawatiran ini meskipun Phnom Penh membantah akan digunakan sebagai pangkalan militer permanen Tiongkok, citra satelit dan laporan investigasi mengindikasikan sebaliknya.

Gregory B. Poling, Direktur Program Asia Tenggara di CSIS, berpendapat bahwa akses Tiongkok ke Pangkalan Ream adalah investasi strategis karena sistem radar di sana dapat membantu operasi Tentara Rakyat Tiongkok di sekitar Selat Malaka dan kawasan Indo-Pasifik.

Dalam skenario konflik, pangkalan ini bahkan dapat berfungsi sebagai basis penyuplai bahan bakar, amunisi, dan pasukan. Ahmad Umar, Analis Politik Asia Tenggara, menambahkan bahwa keberadaan Tiongkok di Ream dapat memicu bencana militer yang hebat. Berpotensi menyadap informasi negara-negara sekitar termasuk Indonesia, dan mengintervensi konflik di Taiwan.

Dukungan Politik Tiongkok dan Isu-isu Lainnya

Dukungan politik dari Beijing juga menjadi faktor penting dalam mempererat hubungan ini. Pemerintah Kamboja menyebut lawatan Xi Jinping pada April 2025 sebagai “tonggak penting dalam mempererat persahabatan historis kedua negara”.

Dalam pertemuan pada 17 April 2025, Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan bahwa persahabatan erat China dan Kamboja dibangun di atas warisan sejarah, fondasi politik yang kokoh, dan semangat kerja sama yang kuat. Tiongkok akan terus mendukung Kamboja dalam menempuh jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasionalnya.

Serta mendukung peran Kamboja yang lebih signifikan dalam urusan regional maupun internasional. Selain itu, kedua negara juga memperkuat kerja sama keamanan, termasuk menindak aktivitas kriminal lintas batas seperti penipuan daring yang melibatkan warga Tiongkok sebagai pelaku maupun korban.

Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang pada Mei 2025 juga menegaskan kesiapan Tiongkok untuk memperluas kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan Kamboja. Serta memperkuat pertukaran tingkat tinggi dan memperdalam kepercayaan politik.

Kesimpulan

Hubungan Kamboja dan Tiongkok yang semakin dalam dan komprehensif mengindikasikan pergeseran strategis yang nyata di Asia Tenggara. Peningkatan kerja sama militer, investasi ekonomi yang masif, dan dukungan politik Beijing telah mengikat Kamboja erat dengan Tiongkok.

Meskipun Kamboja bersikeras mempertahankan otonominya, keberpihakannya yang semakin jelas pada Tiongkok menimbulkan tantangan signifikan bagi kohesi ASEAN dan stabilitas regional. Perkembangan ini menunjukkan bagaimana dinamika kekuatan besar terus membentuk lanskap geopolitik di salah satu kawasan paling strategis di dunia.

Simak dan ikuti terus jangan sampai ketinggalan informasi terlengkap hanya di Berita Indonesia Kamboja.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari www.liputan6.com
  2. Gambar Kedua dari news.detik.com