Susah Dapat Kerja di Indonesia, Jadi Satu Sebab Banyak WNI Mau Merantau Ke Kamboja
Susah dapat kerja di Indonesia menjadi fenomena kompleks yang tidak hanya berdampak pada tingkat pengangguran, yang memilih merantau ke Kamboja untuk mencari peluang kerja.
Dibawah ini Berita Indonesia Kamboja akan mengulas penyebab sulitnya mencari kerja di Indonesia. Bagaimana kondisi ini mendorong WNI berbondong-bondong merantau ke Kamboja, dan risiko yang mereka hadapi selama di negara tujuan.
Pemerintah Dianggap Kurang Hadir
Fenomena ini seharusnya menjadi peringatan serius bagi pemerintah Indonesia. Ketika warga negaranya lebih memilih bekerja di luar negeri yang belum tentu aman dan legal. Itu adalah sinyal bahwa ada yang salah dalam sistem ketenagakerjaan domestik.
Program pelatihan vokasi, penyuluhan karier, atau pelatihan wirausaha masih terkesan setengah hati. Proyek-proyek besar yang digembar-gemborkan seringkali tak menyentuh akar persoalan: penciptaan lapangan kerja nyata dan distribusi ekonomi yang merata.
Selain itu, minimnya perlindungan terhadap WNI yang bekerja secara informal di luar negeri menambah panjang daftar pekerjaan rumah. Banyak dari mereka yang justru tak terdaftar secara resmi sebagai pekerja migran legal dan kesulitan saat terjadi masalah di luar negeri.
Media Sosial dan Agen Perekrutan
Platform seperti TikTok, YouTube, dan Facebook kini penuh dengan konten tentang “enaknya kerja di Kamboja.” Beberapa konten dibuat oleh para pekerja migran Indonesia yang memang sukses mengubah nasib.
Tapi di sisi lain, tidak sedikit yang akhirnya tertipu oleh agen perekrutan tidak resmi yang menjual mimpi tapi menjerumuskan ke pekerjaan ilegal bahkan praktik perdagangan manusia.
Tak jarang, mereka yang awalnya dijanjikan bekerja sebagai operator komputer atau staf customer service malah berakhir menjadi bagian dari jaringan penipuan daring.
Lebih menyedihkan lagi, banyak dari mereka tidak memiliki kontrak kerja yang jelas, paspor ditahan, dan sulit mengakses bantuan hukum.
Namun, risiko itu sering dianggap sebagai “harga yang harus dibayar” oleh banyak pencari kerja yang merasa tak punya pilihan lain. Saat hidup di tanah air tak memberi masa depan, maka walau berat, keluar negeri menjadi opsi yang tetap dijalani.
Baca Juga:
Kamboja Negeri yang Menawarkan “Peluang Kilat”
Di saat Indonesia sibuk memikirkan lapangan kerja yang stagnan, Kamboja justru membuka pintu bagi para pekerja asing untuk mengisi kekosongan di sektor-sektor tertentu. Phnom Penh, ibu kota Kamboja, misalnya, mengalami pertumbuhan signifikan di sektor teknologi informasi, telekomunikasi, dan industri daring seperti customer service online, live chat agent, hingga pengelola konten digital.
Tak heran bila banyak perusahaan asing terutama dari China, Taiwan, dan Malaysia mendirikan kantor operasional di Kamboja dan merekrut tenaga kerja dari negara-negara tetangga, termasuk Indonesia. Beberapa perusahaan bahkan menawarkan gaji berkali lipat lebih besar dari UMR Jakarta, fasilitas tempat tinggal gratis, dan bonus performa yang menggiurkan.
Meski sebagian dari pekerjaan ini beroperasi di wilayah abu-abu (seperti industri online gaming atau pemasaran daring). Daya tarik finansialnya tetap kuat bagi mereka yang merasa terhimpit di negeri sendiri.
Faktor Penyebab Sulitnya Dapat Kerja di Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Setiap tahun, jumlah lulusan SMA, SMK, hingga perguruan tinggi semakin besar. Namun jumlah lapangan kerja yang tersedia tidak sebanding. Ada beberapa penyebab utama mengapa mencari kerja jadi semakin sulit:
- Produktivitas Tenaga Kerja yang Masih Rendah: Meskipun jumlah pencari kerja banyak, kualitas tenaga kerja sering tidak memenuhi standar perusahaan. Banyak pelamar yang belum memiliki keterampilan teknis dan soft skill memadai sesuai kebutuhan pasar kerja.
- Relevansi Pendidikan dengan Dunia Kerja yang Minim: Kurikulum pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya adaptif terhadap kebutuhan industri. Akibatnya, lulusan memiliki pengetahuan yang kurang relevan dengan persyaratan kerja di lapangan.
- Persaingan Ketat dan Kriteria yang Tinggi di Perusahaan: Perusahaan sering menetapkan persyaratan pengalaman minimal, batas usia, dan kualifikasi tertentu. Hal ini menjadi halangan bagi banyak pencari kerja, termasuk lulusan baru yang belum memiliki pengalaman signifikan.
- Kesenjangan Antara Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan yang Ada: Data resmi menunjukkan ketidakseimbangan antara jumlah pencari kerja dan lowongan yang tersedia. Pada 2024, tercatat ada 909 ribu pencari kerja terdaftar, sementara lowongan yang ada hanya 630 ribu, sehingga 279 ribu pencari kerja belum terserap.
- Diskriminasi Usia dan Kurangnya Perlindungan Tenaga Kerja: Banyak lowongan kerja menetapkan batas usia yang ketat. Bahkan usia maksimal 25 tahun, yang menyebabkan pekerja dewasa sulit mendapatkan pekerjaan sesuai kualifikasi.
Harusnya Indonesia Bisa Lebih Baik
Fenomena merantau ke Kamboja ini bukan sekadar cerita tentang pekerjaan. Ini adalah refleksi kegagalan struktural dalam menyediakan masa depan yang layak bagi generasi muda.
Selama sistem ketenaga kerjaan Indonesia tidak mampu bersaing, selama pertumbuhan ekonomi tidak menyentuh semua lapisan masyarakat, maka cerita tentang migrasi massal semacam ini akan terus berulang, entah ke Kamboja, Malaysia, atau negara lain.
Indonesia harus belajarbahwa bonus demografi bukan hanya tentang angka, tapi tentang bagaimana menjadikannya kekuatan nyata. Dan selama itu belum terjadi, “pergi” akan tetap menjadi pilihan bagi mereka yang merasa tak punya jalan pulang.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari, kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari www.vice.com
Leave a Reply