Apakah Pekerja Asal Indonesia Bahagia di Kamboja?

Silakan Share

Fenomena migrasi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri tidak lagi sesuatu yang baru, namun destinasi baru seperti Kamboja kini menjadi sorotan. Dimana lonjakan pekerja WNI melonjak tinggi, dan yang menjadi pertanyaan masyrakat, Apakah Pekerja Asal Indonesia Bahagia Kerja di Kamboja?

Apakah Pekerja Asal Indonesia Bahagia di Kamboja?

Berbagai berita hangat muncul mengenai pekerja asal Indonesia yang menetap dan bekerja di Kamboja, khususnya di sektor ju*i online yang tengah berkembang pesat. Dibawah ini kami akan mengulas sisi terang dan gelap dari kehidupan pekerja asal Indonesia di Kamboja dengan delapan bagian utama.

Tren Migrasi ke Kamboja

Sejak pandemi Covid-19, jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) yang memilih Kamboja sebagai tempat bekerja meningkat drastis. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat sekitar 2.330 orang WNI di Kamboja, namun angka ini melonjak hampir sepuluh kali lipat menjadi lebih dari 19.000 pada tahun 2024.

Selain itu, KBRI Phnom Penh mencatat lebih dari 166.000 kedatangan WNI pada 2024, meningkat signifikan dibanding 2020. Alasan terbesar adalah tingginya permintaan tenaga kerja di sektor-sektor tertentu, terutama ju*i online, yang dibuka secara legal oleh pemerintah Kamboja sejak 2020.

Alasan Pekerja Indonesia Memilih Kamboja

Banyak pekerja migran yang menganggap Kamboja sebagai peluang ekonomi yang lebih baik daripada bekerja di dalam negeri yang masih kurang menjanjikan. Gaji yang ditawarkan di Kamboja, meskipun sektor pekerjaan termasuk kontroversial, dinilai jauh lebih tinggi dibandingkan upah minimum di berbagai kota di Indonesia.

Contohnya, seorang pekerja bernama Adi mengaku dengan penghasilan total sekitar Rp12-13 juta per bulan merasa cukup memenuhi kebutuhan keluarganya. Sedangkan upah minimum di kota besar Indonesia berkisar sekitar Rp5 juta. Selain itu, kemudahan visa dan izin tinggal memberikan akses yang lebih fleksibel bagi WNI untuk bekerja di sana.

Realita Kerja di Sektor Ju*i Online

Sektor ju*i online yang legal di Kamboja menjadi tujuan utama banyak pekerja migran Indonesia. Meski menawarkan gaji tinggi, tidak sedikit yang merasakan dilema moral karena jenis pekerjaan ini dianggap tidak etis di Indonesia yang melarang ju*i secara umum. Adi, salah satu pekerja yang sempat diwawancarai, mengaku merasa “bersalah dan tidak nyaman” karena harus berurusan dengan sesama orang Indonesia yang menjadi pelanggan ju*i online.

Hal ini menimbulkan konflik batin di antara beberapa pekerja. Meskipun di sisi lain pekerjaan ini dianggap sebagai salah satu cara terbaik untuk menghidupi keluarga.

Risiko dan Bahaya yang Mengintai Pekerja Migran Indonesia

Tidak semua pekerja migran Indonesia bahagia di Kamboja. Sebaliknya, banyak di antara mereka yang menghadapi berbagai risiko serius, seperti terjebak dalam praktik perdagangan orang dan pemaksaan kerja yang sangat merugikan.

Kondisi kerja yang mereka alami pun sering kali melebihi batas wajar, mencakup jam kerja yang panjang tanpa istirahat yang cukup serta perlakuan yang tidak manusiawi. Situasi ini memicu kekhawatiran besar terhadap keselamatan dan kesejahteraan para pekerja, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kebahagiaan dan kualitas hidup mereka selama berada di negeri asing.

Selama kuartal pertama tahun 2025, data dari KBRI Phnom Penh menunjukkan adanya peningkatan signifikan jumlah kasus pekerja migran bermasalah. Dimana kini telah mencapai lebih dari 1.300 perkara yang ditangani. Sebagian besar permasalahan tersebut berhubungan dengan penipuan online serta aktivitas ilegal lainnya yang melibatkan warga Indonesia, baik sebagai korban maupun pelaku.

Baca Juga: Wisata di Kamboja Yang Banyak di Kunjungi WNI

Tidak Semua Bahagia di Negeri Orang

Tidak Semua Bahagia di Negeri Orang

Kasus kematian dan penderitaan pekerja migran kerap menjadi berita pilu. Misalnya, Dody, seorang PMI asal Jawa Barat, meninggal di Kamboja setelah menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Dody mengalami kondisi kerja yang memburuk, termasuk jam kerja yang sangat panjang dan makanan yang tidak layak. Hingga akhirnya meninggal dalam kondisi mengkhawatirkan saat hendak kembali ke Indonesia.

Keluarga juga mengalami kesulitan dalam proses pemulangan jenazah karena biaya dan birokrasi yang rumit. Ini memberi gambaran bahwa tidak semua pekerja merasakan kebahagiaan di Kamboja.

Peran Pemerintah dan Lembaga dalam Melindungi Pekerja Migran

Kondisi pekerja migran Indonesia yang terus memburuk dan melonjaknya jumlah kasus masalah yang dialami di luar negeri, khususnya di Kamboja. Ini telah mendorong pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah aktif dalam melindungi warganya. Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) bersama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh bekerja secara intensif dalam memberikan pendampingan.

serta perlindungan kepada para Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang menghadapi berbagai permasalahan. Upaya ini mencakup membantu pemulangan PMI yang menjadi korban, memberikan bantuan hukum. Serta mendirikan shelter aman sebagai tempat perlindungan sementara bagi mereka yang membutuhkan.

Selain itu, pemerintah juga mengintensifkan operasi pengawasan untuk membongkar dan memberantas jaringan sindikat penipuan online dan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang selama ini memanfaatkan para pekerja migran yang rentan. Meski demikian, tantangan yang dihadapi pemerintah tidaklah mudah.

Salah satu masalah besar adalah masih banyaknya PMI yang berangkat secara ilegal atau menggunakan jalur non-prosedural. Sehingga sulit untuk didata dan diawasi dengan efektif. Keberangkatan ilegal ini meningkatkan risiko para pekerja mengalami eksploitasi dan tindakan melanggar hukum yang sulit dicegah oleh pemerintah.

Apa Kata Para Pekerja Migran?

Meskipun banyak risiko, masih ada sebagian pekerja yang merasa bersyukur atas penghasilan di Kamboja. Kisah Adi misalnya, meskipun menyatakan ketidaknyamanan secara moral, dia tetap mengakui manfaat ekonomi yang besar dibandingkan bekerja di dalam negeri.

Namun, ada pula mereka yang merasa terjebak karena keterbatasan biaya dan tidak mampu pulang ke Indonesia walaupun ingin. Kondisi ini mencerminkan kompleksitas kesejahteraan psikologis dan ekonomi para pekerja di luar negeri.

Kesimpulan

Kesimpulannya, bahagia atau tidaknya pekerja asal Indonesia di Kamboja bukan hal yang sederhana. Meski ada dorongan ekonomi dan sedikit kelegaan finansial, risiko, tekanan moral. Serta kondisi kerja yang tidak selalu ideal menjadi tantangan yang nyata. Fenomena ini mengingatkan kita bahwa migrasi kerja adalah pilihan kompleks yang memerlukan perlindungan, regulasi, dan pemahaman mendalam agar para pekerja bisa benar-benar merasakan manfaat dan kebahagiaan di negeri orang.

Melihat fakta-fakta ini, menjadi penting bagi semua pihak untuk terus menyoroti, mengawasi, dan memperbaiki kondisi pekerja migran agar mereka tidak hanya bertahan. Melainkan juga bisa hidup dengan layak dan bahagia di tanah rantau. Manfaatkan juga waktu anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang semua informasi lainnya hanya di Indonesia Kamboja.


Sumber Informasi Gambar:

1. Gambar Pertama dari detiknews.com
2. Gambar Kedua dari properti.kompas.com