Pria Kulon Progo Disekap Sindikat Scam di Kamboja, Dipukuli 2–3 Kali Seminggu
Seorang pemuda asal Sindutan, Temon, Kulon Progo, bernama Herlambang (23) mengungkap kisah pahit setelah tergiur tawaran kerja di luar negeri.

Awalnya dia dijanjikan pekerjaan sebagai penjaga toko di Thailand, namun kenyataannya jauh dari yang diharapkan.
Biaya awal keberangkatan pun tak main-main sekitar Rp 25 juta dia keluarkan demi mewujudkan mimpi itu. Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.
Kehidupan Sebagai Korban Sindikat Scammer
Sesampainya di Kamboja, Herlambang segera menyadari bahwa dia tidak mendapat pekerjaan di toko seperti yang dijanjikan.
Ia malah dipaksa bekerja sebagai scammer daring, menargetkan warga Indonesia melalui modus penipuan online.
Kondisi kerja yang dijalani sangat keras, dengan target tinggi dan tekanan yang intens. Bila tidak memenuhi target, hukuman fisik bukan sekadar ancaman kosong korban mengaku mengalami pemukulan sebanyak dua hingga tiga kali dalam seminggu.
Herlambang juga menyampaikan bahwa perlakuan yang mereka terima sangat tergantung “kesalahan kecil” saja.
Ia menjelaskan bahwa walaupun belum pernah disetrum, rekannya mengalami siksaan fisik yang keras ketika melakukan kesalahan dalam pekerjaan penipuan tersebut.
Penyekapan dan Pengawasan yang Ketat
Tidak hanya dipaksa menipu, Herlambang menuturkan bahwa kebebasannya sangat dibatasi. Dua gedung awal tempat dia dan rekan-rekannya ditempatkan diawasi dengan sangat ketat keamanan yang selalu berjaga dan banyaknya kamera CCTV membuat usaha melarikan diri sangat sulit dilakukan.
Kesempatan lepas muncul setelah dia dipindahkan ke gedung lain yang berada di perbatasan Kamboja dan Thailand. Gedung baru itu berada di dekat danau, dan di sinilah dia melihat celah untuk mencoba melarikan diri.
Baca Juga: Jerat Penipuan Siber Lintas Negara, 106 WNI Diselamatkan Di Kamboja
Pemulangan Tindak Lanjut di Indonesia

Dalam ketegangan yang terus mengintai, Herlambang dan sembilan rekan akhirnya memutuskan kabur pada awal November 2025.
Rute pelarian mereka menuju kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh penuh risiko.
Herlambang menceritakan rasa takut besar karena setelah kabur, dia dan kawan-kawannya otomatis masuk dalam daftar hitam sindikat yang dulu mempekerjakan mereka.
Setibanya di kedutaan, mereka meminta bantuan agar bisa kembali ke tanah air. Upaya repatriasi itu tidak mudah dan melibatkan koordinasi antara perangkat desa di Kulon Progo, Pemda setempat, dan KBRI Phnom Penh.
Perlindungan Korban
Kasus penyekapan dan pemukulan WNI oleh sindikat penipuan di Kamboja bukanlah kasus tunggal. Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) bersama BP3MI DIY aktif mendampingi warga yang mengalami eksploitasi serupa.
Selain Herlambang, ada korban lain yang melaporkan penyiksaan fisik jika tidak memenuhi target pendapatan sebagai scammer.
KBRI Phnom Penh juga melakukan langkah proaktif untuk melindungi korban. Sebelumnya dilaporkan bahwa KBRI telah memfasilitasi pemulangan 67 dari total 110 WNI yang menjadi korban sindikat online scam di Kamboja.
Tidak hanya itu, laporan dari berbagai lembaga menyebutkan bentuk kekerasan yang lebih ekstrem: selain pukulan, ada juga kasus penyiksaan dengan setrum bagi mereka yang gagal memenuhi target.
Kondisi ini menunjukkan bahwa modus perekrutan scammer daring sering disertai perdagangan manusia dan pelanggaran HAM berat, dan masih menjadi tantangan serius bagi negara-negara asal pekerja migran.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana Akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari news.detik.com
- Gambar Kedua dari www.detik.com