Hun Sen: Penutupan Perbatasan 500 Tahun Bukan Masalah Besar

Silakan Share

Pernyataan Hun Sen mengenai penutupan perbatasan selama “500 tahun” muncul sebagai bentuk retorika politik saat hubungan antara Kamboja dan Thailand berada dalam ketegangan.

Hun Sen Penutupan Perbatasan 500 Tahun Bukan Masalah Besar

Dalam ucapannya, Hun Sen menegaskan bahwa Kamboja tidak akan ragu mengambil langkah ekstrem jika merasa kedaulatannya diganggu, bahkan jika itu berarti menutup akses perbatasan dalam jangka waktu yang sangat lama.

Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Latar Belakang Pernyataan

Pernyataan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, kembali mencuri perhatian publik ketika ia mengatakan bahwa jika perbatasan harus ditutup selama 500 tahun, itu bukan masalah besar.”

Ucapan ini, yang disampaikan dalam sebuah kesempatan pidato politik, menimbulkan berbagai interpretasi dan komentar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Pernyataan tersebut bukan berarti pemerintah Kamboja benar-benar berniat menutup perbatasan selama berabad-abad.

Sebaliknya, itu lebih dipandang sebagai ungkapan retoris yang ingin menegaskan sikap kemandirian, keteguhan, serta kemampuan Kamboja untuk bertahan tanpa harus selalu bergantung pada hubungan dengan negara lain.

Hun Sen, yang selama lebih dari tiga dekade memegang kekuasaan, memang dikenal dengan gaya komunikasi yang tegas, langsung, dan kadang menantang.

Ia kerap menggunakan retorika kuat saat menyampaikan pesan terkait kedaulatan negara, stabilitas politik, dan hubungan internasional.

Dalam hal ini, pernyataannya muncul dalam konteks menjaga batas negara serta kedaulatan wilayah yang sering menjadi isu sensitif di kawasan Asia Tenggara.

Konteks Hubungan Perbatasan

Untuk memahami pernyataan tersebut, penting untuk melihat hubungan antarnegara di sekitar Kamboja, terutama dengan negara tetangganya seperti Vietnam dan Thailand.

Kamboja memiliki sejarah panjang terkait penandaan batas wilayah, kesepakatan perbatasan, dan sengketa lahan yang kadang memicu ketegangan politik maupun diplomatik.

Ketika Hun Sen berbicara tentang penutupan perbatasan dalam jangka waktu panjang, makna yang ingin ia tekankan bukan pada tindakan penutupan itu sendiri, melainkan pada kemampuan negara untuk berdiri di atas kaki sendiri.

Ia ingin menegaskan bahwa Kamboja tidak perlu merasa tertekan oleh negara manapun dalam urusan kedaulatan.

Ini juga mencerminkan kebijakan dasar yang sering dinyatakan pemerintahan Hun Sen selama masa pemerintahannya Kamboja harus membangun kekuatan ekonomi domestik, meningkatkan produksi dalam negeri, memanfaatkan hasil pertanian, serta mengembangkan industri lokal.

Dengan kata lain, ia ingin menunjukkan bahwa ketergantungan berlebihan pada pasar luar negeri ataupun hubungan perdagangan lintas-batas bukanlah fondasi yang kokoh untuk masa depan. Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya kemandirian nasional.

Baca Juga:

Hubungan Kamboja dan Thailand

Hubungan Kamboja dan Thailand

Kamboja dan Thailand punya hubungan yang bisa dibilang seperti saudara sepupu yang tinggal bersebelahan dekat, tapi kadang berantem.

Kedua negara punya ikatan budaya yang kuat bahasa, adat, hingga makanan punya banyak kesamaan. Tapi di balik kedekatan itu, banyak juga konflik sejarah yang belum tuntas sepenuhnya.

Salah satu contoh yang pernah jadi fokus konflik adalah sengketa Candi Preah Vihear, situs budaya yang sudah diakui UNESCO.

Ketegangan soal siapa yang berhak mengelola situs tersebut pernah membuat kedua negara saling mengerahkan militer di perbatasan.

Dari kejadian itu, bisa dilihat bahwa isu perbatasan adalah isu sensitif dan mudah memantik emosi nasionalisme.

Ketika Hun Sen berbicara soal penutupan perbatasan sampai ratusan tahun, bagi warga Kamboja itu bisa memunculkan rasa bangga.

Sedangkan bagi sebagian pihak di Thailand, ucapan itu terdengar seperti tantangan. Hubungan politik regional memang sering diwarnai simbol-simbol semacam ini.

Meski kadang tegang, kedua negara tetap saling membutuhkan, terutama dalam perdagangan dan mobilitas penduduk.

Apa Dampaknya Perbatasan Benar-Benar Ditutup?

Sekarang bayangkan saja seandainya perbatasan benar-benar ditutup—bukan 500 tahun, tapi sebulan saja. Dampaknya pasti besar. Banyak warga Kamboja bekerja, berdagang, atau melakukan perjalanan ke Thailand. Begitu pula sebaliknya, Thailand mendapatkan keuntungan ekonomi dari wisata dan perdagangan lintas-perbatasan.

Jika akses ditutup total:

  • Ekonomi lokal di kawasan perbatasan bisa terpukul.
  • Rantai distribusi barang, terutama kebutuhan umum, bisa terhambat.
  • Sektor pariwisata yang selama ini mengandalkan pergerakan antarnegara bisa mandek.

Jadi, meskipun retorika penutupan perbatasan terdengar gagah, dalam praktiknya itu bisa sangat merugikan kedua pihak. Itulah mengapa pernyataan seperti ini biasanya tidak diikuti kebijakan nyata, kecuali dalam kondisi ekstrem dan jangka sangat pendek.

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana Akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Utama dari news.detik.com
  • Gambar Kedua dari www.kompas.id