Awal Mula Konflik Thailand-Kamboja Gegara Berebut Candi Kuno

Silakan Share

Konflik Thailand-Kamboja mengenai perebutan Candi Preah Vihear dan candi-candi kuno lainnya merupakan perselisihan wilayah yang didasari oleh sejarah panjang kolonialisme.

Awal Mula Konflik Thailand-Kamboja Gegara Berebut Candi Kuno

Konflik ini secara khusus berpusat pada Candi Preah Vihear, sebuah situs bersejarah yang tidak hanya bernilai arkeologis dan budaya, tetapi juga memiliki simbolisme nasional yang mendalam bagi kedua negara.

Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Berita Indonesia Kamboja.

Latar Belakang Sejarah Konflik

Sengketa antara Thailand dan Kamboja berakar dari masa kolonial, khususnya pada tahun 1907 ketika pemerintah kolonial Prancis yang menguasai Kamboja dan Kerajaan Siam (nama resmi Thailand sebelum 1939) menyepakati perjanjian penetapan batas wilayah sepanjang kurang lebih 800 kilometer.

Perjanjian ini menyertakan peta yang bertujuan menetapkan garis batas antara kedua negara, namun muncul perbedaan interpretasi antara peta dan teks perjanjian, terutama mengenai status Candi Preah Vihear yang secara peta dicantumkan berada di wilayah Kamboja, sementara Thailand tidak sepenuhnya menerima klaim tersebut.

Candi Preah Vihear sendiri adalah sebuah kuil Hindu yang dibangun oleh Kekaisaran Khmer pada abad ke-11, yang juga menggambarkan keagungan arsitektur dan kebudayaan kerajaan tersebut.

Letaknya berada di puncak Pegunungan Dangrek, yang merupakan garis perbatasan alami antara Thailand dan Kamboja, menjadikan candi ini tidak hanya situs sejarah, tapi juga titik strategis dalam perebutan wilayah.

Putusan Mahkamah Internasional

Sengketa resmi kemudian dibawa ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ), yang pada tahun 1962 memutuskan bahwa Candi Preah Vihear secara sah menjadi milik Kamboja.

Meskipun demikian, ketegangan tidak benar-benar berakhir di sini karena Thailand tetap mengklaim sebagian wilayah di sekitarnya.

Terutama daerah sekitar candi yang memiliki nilai taktis militer dan potensi sumber daya. Thailand menolak peta demarkasi yang dibuat oleh Prancis pada tahun 1907 sebagai dasar putusan tersebut.

Putusan ini menjadi sumber konflik yang tidak hanya melibatkan aspek hukum semata, tetapi juga politik domestik kedua negara.

Di Thailand, persoalan Kamboja dan kuil Preah Vihear kerap menjadi isu politik yang dipolitisasi untuk kepentingan pemerintahan tertentu. Salah satunya pada tahun 2008 ketika Kamboja mendaftarkan candi ini sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

Langkah ini memicu kemarahan publik dan pemerintah Thailand yang menilai klaim tersebut mengabaikan kepentingan negara mereka atas wilayah sekitarnya dan memperburuk ketegangan yang kemudian berubah menjadi bentrokan militer.

Baca Juga:

Faktor Penyebab Lainnya

Faktor Penyebab Lainnya

Penyebab utama konflik ini selain dasar sejarah dan perjanjian kolonial ialah keberadaan candi-candi lain yang juga terletak di wilayah perbatasan seperti Candi Ta Muen Thom dan Ta Krabei, yang memiliki nilai arkeologis dan kultural tinggi bagi kedua negara.

Konflik ini bukan hanya perihal garis batas, tapi juga menyangkut narasi sejarah dan klaim identitas nasional. Sehingga memperkuat sentimen nasionalisme masing-masing negara.

Konflik ini juga sering dimanfaatkan oleh kelompok politik domestik di Thailand dan Kamboja untuk kepentingan tertentu. Sehingga sulit untuk mencapai jalan damai tanpa adanya kesepakatan politik yang jelas.

Dinamika politik domestik, termasuk pengaruh pemerintahan seperti yang dijalankan oleh Perdana Menteri Yingluck Shinawatra yang berusaha mendorong diplomasi. Turut mempengaruhi perkembangan konflik.

Peran ASEAN dan Upaya Mediasi Internasional

Sebagai organisasi regional, ASEAN mengalami tantangan besar dalam perannya untuk menjadi mediator dalam konflik ini.

Meskipun ASEAN berkomitmen menjalankan mekanisme penyelesaian sengketa secara damai berdasarkan piagamnya.

Konflik Thailand-Kamboja mengungkapkan keterbatasan kemampuan ASEAN dalam mengambil tindakan lebih tegas saat terjadi konflik antaranggota.

Indonesia sebagai ketua ASEAN pada tahun 2011 berusaha melakukan mediasi antara kedua negara. Namun upaya ini terkendala oleh ketidakpercayaan dan kepentingan nasional yang saling bertentangan.

Meski demikian, upaya diplomatik ini menekankan pentingnya dialog dan negosiasi bilateral untuk mencegah eskalasi konflik yang lebih luas.

Konflik Modern & Eskalasi Militer

Sejak 2008 hingga 2011, wilayah sekitar Candi Preah Vihear menjadi medan pertempuran yang melibatkan pasukan militer Thailand dan Kamboja secara berkala.

Bentrokan-bentrokan ini menyebabkan korban jiwa, kerusakan wilayah, dan ribuan warga sipil terpaksa mengungsi.

Keterlibatan pihak ketiga, seperti ASEAN dan Mahkamah Internasional kembali dilakukan untuk mereduksi ketegangan, tetapi hanya memberikan solusi sementara.

Pada tahun 2011, Kamboja kembali mengajukan permohonan penafsiran atas putusan ICJ 1962. Menegaskan kewajiban Thailand untuk menarik seluruh pasukannya dari wilayah kedaulatan Kamboja yang diakui.

Mahkamah Internasional pada 11 November 2013 memperkuat keputusan tersebut. Namun implementasi di lapangan masih sulit dilaksanakan secara efektif.

Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari. Kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari www.cnnindonesia.com
  • Gambar Kedua dari www.jawapos.com