Apa Peran China Dalam Perkembangan Kamboja ?
Peran China dalam perkembangan Kamboja merupakan jalinan kompleks antara dukungan ekonomi yang besar, bantuan politik terpercaya, dan strategi geopolitik regional yang terencana.
Hubungan kedua negara yang telah berlangsung selama beberapa dekade kini semakin intensif. Dengan investasi besar dan kerja sama strategis yang mengukuhkan posisi China sebagai mitra utama Kamboja di kawasan Asia Tenggara.
Sejarah Hubungan China-Kamboja
Hubungan antara China dan Kamboja tidak terbatas hanya pada periode modern. Meskipun kedua negara tidak berbagi perbatasan langsung, pengaruh China terhadap Kamboja telah berlangsung sejak lama dalam aspek budaya dan perdagangan.
Pada masa pertengahan abad ke-20, China memainkan peran geopolitik penting dengan mendukung kelompok Maois Khmer Merah dalam konflik internal Kamboja sebagai kontra-kekuatan terhadap dominasi Vietnam.
Dukungan ini merupakan bagian dari strategi China untuk memperluas pengaruhnya dan menyeimbangkan kekuatan di kawasan tersebut melalui perjuangan politik dan militer yang kompleks.
Pasca-perang dan konflik regional, terutama setelah penarikan Vietnam dari Kamboja pada awal 1990-an. Hubungan bilateral China-Kamboja kembali menguat. China kemudian menjadi pendukung utama pemerintahan baru Kamboja yang demokratis setelah pemilu yang didukung PBB di tahun 1993.
Semenjak itu, Kamboja dan China terus memperdalam hubungan mereka. Termasuk peningkatan kerja sama di berbagai bidang.
Investasi dan Pembangunan Infrastruktur
Salah satu aspek paling menonjol dari peran China di Kamboja adalah investasi besar-besaran yang mengalir ke negeri ini. Terutama dalam sektor infrastruktur dan industri manufaktur. China merupakan investor asing terbesar di bidang manufaktur yang mendominasi lebih dari separuh pabrik industri di Kamboja, dengan nilai investasi mencapai miliaran dolar AS.
Investasi ini tidak hanya membantu menggerakkan ekonomi Kamboja. Tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
Proyek infrastruktur yang dibiayai dengan dana China termasuk pembangunan jalan tol yang menghubungkan berbagai kota penting. Seperti jalan tol Phnom Penh-Bavet dan Phnom Penh-Sihanoukville yang masing-masing bernilai miliaran dolar.
Jalan-jalan tol ini merupakan bagian dari integrasi ekonomi yang lebih luas dan upaya modernisasi negara dalam menghadapi transformasi ekonomi global.
Tak hanya jalan, proyek-proyek lain seperti pembangunan bandara internasional, pembangunan zona ekonomi khusus di Sihanoukville. Dan berbagai proyek energi juga mendapat dukungan finansial dan teknis dari China.
Model investasi yang kerap digunakan China, seperti model build-operate-transfer (BOT). Memungkinkan perusahaan China untuk membangun dan mengoperasikan proyek-proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu sebelum pengalihannya ke pemerintah Kamboja.
Meski demikian, model ini menimbulkan perdebatan karena berpotensi membuat Kamboja bergantung secara ekonomi dan menghadapi risiko pengelolaan aset-aset penting oleh investor asing dalam jangka panjang.
Baca Juga: Pemerintah Kamboja Jenius! Maju Berkat Pajak Judi Online, Indonesia Bisa Apa?
Peran Politik dan Hubungan Strategis
Di ranah politik, China dikenal sebagai mitra politik paling setia dan dapat diandalkan bagi Kamboja. Khususnya di bawah pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen yang telah berkuasa selama hampir empat dekade.
China tidak hanya memberikan dukungan ekonomi tanpa syarat seperti negara-negara Barat pada umumnya yang kerap menuntut reformasi demokrasi dan hak asasi manusia, tetapi juga menjadi penopang utama legitimasi politik Hun Sen melalui berbagai proyek dan bantuan.
Dalam hubungan diplomatik, Kamboja juga menunjukkan komitmen kuat untuk mendukung kebijakan China. Termasuk sikap tegas terhadap isu Taiwan dan wilayah Xinjiang serta Tibet. Kamboja secara konsisten menolak campur tangan negara lain dalam urusan dalam negeri China dan mendukung kebijakan “Satu China” yang dipegang oleh Beijing.
Sikap ini memperkuat posisi Kamboja sebagai sekutu politik yang strategis bagi Beijing di ASEAN dan kancah internasional.
Ketergantungan Atau Kerja Sama Strategis?
Meski tampak seperti hubungan yang saling menguntungkan. Tidak sedikit pihak yang mengkritisi arah hubungan ini. Ketergantungan Kamboja terhadap dana dan dukungan politik China dinilai terlalu besar. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menggerus kedaulatan nasional dan membuat Kamboja terlalu terikat pada kepentingan strategis Beijing.
Kritik juga muncul dari masyarakat sipil dalam negeri. Beberapa proyek China dituding merusak lingkungan, memicu penggusuran, dan memberi manfaat yang minim bagi warga lokal. Bahkan, kota Sihanoukville kini dijuluki “kota China” oleh sebagian warga karena dominasi bisnis, papan reklame, dan komunitas Tionghoa yang kian mencolok.
Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar. Pengalaman beberapa negara seperti Sri Lanka yang terjebak dalam “jebakan utang” proyek Belt and Road telah menjadi alarm bagi banyak negara berkembang, termasuk Kamboja.
Buat kalian yang ingin mendapatkan berita terbaru dan terupdate setiap hari, kalian bisa kunjungi Indonesia Kamboja, yang dimana akan selalu memberikan informasi menarik lainnya.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Utama dari indonesiawindow.com
- Gambar Kedua dari www.antaranews.com
Leave a Reply